Rembang – Pemerintah Kabupaten Rembang merancang pengembangan kawasan jaringan industri Batik Lasem, dengan alokasi anggaran sekira Rp 50 Milyar.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz menyampaikan hal itu saat bertemu dengan Asosiasi Pengrajin Dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) di salah satu hotel yang berada di pinggir jalur Pantura Rembang, Rabu malam (15/01).
Menurut Bupati, dana sebesar itu berasal dari anggaran pemerintah pusat. Nantinya akan dipakai untuk apa, Hafidz mengungkapkan ingin melibatkan APPBI untuk memberikan masukan. Saat ini, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sedang mematangkan konsepnya. Hafidz berharap upaya tersebut semakin mendongkrak keberadaan batik tulis Lasem.
“Kami sudah membuat rencana kluster industri batik tulis Lasem, dan itu akan kami siapkan anggaran kurang lebih Rp. 50 milyar untuk mengangkat batik Lasem. Perencanaan 99,9%, Bappeda sudah kami perintahkan untuk membuat konsep senilai Rp 50 Milyar. Insya allah kita akan terus berupaya bagaimana Rembang terkenal dengan batiknya, ” kata Bupati.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), Komarudin Kudiya menjelaskan pihaknya datang ke Kabupaten Rembang, karena ingin mengetahui sejauh mana perkembangan batik yang ada di Kecamatan Lasem.
Menurut Komarudin, Lasem memiliki ciri khas daerah yang sangat kuat dengan nilai sejarah. Hal itu dapat memberikan dampak positif bagi para pengrajin, menonjolkan hasil karyanya melalui batik. Ia mencontohkan motif latohan pada batik Lasem mestinya bisa didaftarkan ke Kementerian Hukum Dan Ham, karena daerah lain tidak mempunyai.
“Motif latohan merupakan salah satu kriteria yang harus kita daftarkan di Menkumham karena latohan ini tidak dimiliki daerah lain. Harus ada 4 unsur yang bisa kita daftarkan, yang pertama wilayah Rembang yaitu Lasem, kemudian batik Lasem memiliki keunggulan, dan karakteristik,” ungkapnya.
Komarudin menyarankan supaya kedepan batik tulis Lasem lebih populer, perlu dibangun kawasan wisata batik, yang intinya dapat memberikan informasi kepada wisatawan maupun konsumen. (Musyafa Musa).