Rembang – Kesadaran membayar zakat kalangan aparatur sipil negara (ASN) di jajaran Pemerintah Kabupaten Rembang masih rendah. Tapi belakangan ini muncul fenomena cukup langka yang terpantau oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Ketua Baznas Kabupaten Rembang, Abdul Wahid Hasby menjelaskan aparatur sipil negara masih banyak yang berinfaq atau suka rela, bukan zakat dengan ketentuan 2,5 % dari total penghasilan setiap bulan yang diterima. Namun menurutnya ia mencermati di Kabupaten Rembang, justru ada pegawai Golongan I C rutin membayar zakat, meski mereka termasuk pegawai kelas rendah.
“Golongan IV ini maaf masih banyak yang sifatnya infaq Rp 5 – 10 Ribu. Tapi ada yang golongan I C malah zakat, golongan I C ini kan rendah ya. Bagaimana tanggung jawab di akhirat nanti, untuk pegawai yang golongan tinggi – tinggi itu, “ tutur Hasby.
Abdul Wahid Hasby menambahkan pada awalnya zakat yang dikumpulkan dari masyarakat maupun ASN di Kabupaten Rembang rata – rata hanya Rp 800 Jutaan. Tapi kemudian bisa ditingkatkan, selama tahun 2018 mencapai Rp 3 Miliar. Pihaknya menargetkan tahun 2019 naik menjadi Rp 5 Miliar.
Ia optimis akan dapat terwujud, asalkan didukung oleh dinas/instansi. Termasuk di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga yang mempunyai pegawai maupun guru sebanyak 3.700 an orang. Menurutnya, untuk menyadarkan seseorang mau membayar zakat harus sabar.
“Kami sudah menyampaikan sama pak Bupati, kalau target ingin tercapai, harus digebrak. Kayak Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga itu, jumlah ASN 3.700. Kalau yang mau bayar zakat katakanlah 2.000 saja, per orang Rp 100 ribu. Per bulan sudah terkumpul Rp 200 Juta. Ini untuk OPD yang besar ya, “ imbuh pria yang tinggal di sebelah timur Perumahan Sumber Mukti Indah Sumberejo, Rembang ini.
Guna mengintensifkan pembayaran zakat dari ASN, Baznas Kabupaten Rembang sudah membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di masing – masing organisasi perangkat daerah (OPD). Salah satu OPD yang cukup menonjol pembayaran zakatnya yakni Dinas Kesehatan, karena tiap bulan mampu mengumpulkan sekira Rp 20 Jutaan.
Menyangkut penggunaan zakat, Hasby mengklaim dapat dipertanggungjawabkan. Banyak program yang digarap, mulai diserahkan kepada fakir miskin, hingga merenovasi rumah tidak layak huni. (Musyafa Musa).