Pamotan – Dua siswi SMK Muhammadiyah Pamotan menggondol medali emas, dalam kejuaraan pencak silat antar pelajar SD – Mahasiswa, bertajuk Paku Bumi Open yang berlangsung di Gelanggang Olahraga (GOR) Tri Lomba Juang, Bandung, Jawa Barat.
Siswi itu yakni Luluk Nur Latifah dan Putri, sama – sama kelas II SMK Muhammadiyah Pamotan. Yang menarik, keduanya berasal dari Dusun Banyu, Desa Kalitengah, Kecamatan Pancur, sebuah dusun terpencil di puncak perbukitan sebelah timur Desa Pamotan.
Event bergengsi yang berakhir tanggal 03 Februari tersebut, tidak hanya diikuti para pesilat Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara. Paling banyak dari Australia dan Korea Selatan.
Luluk Nur Latifah mengaku melakukan pemantapan mental dan giat berlatih, sebelum mengikuti kejuaraan Paku Bumi Open. Semula seminggu dua kali, kemudian mendekati event ditambah intensitasnya setiap hari. Ia bertanding sebanyak 7 kali, sebelum menembus babak final. Di partai puncak, Luluk mengisahkan menghadapi pesilat tuan rumah, Bandung. Menurutnya, tetap ada rasa was – was dan grogi. Namun dirinya berusaha fokus menikmati pertandingan, sehingga mampu tampil lepas. Hingga kemudian diumumkan menyabet medali emas.
“Alhamdulilah, bahagia banget sich. Soalnya event ini tingkatannya sudah nasional, dan ada pula pesilat dari negara – negara Asia dan Eropa. Apalagi di babak final lawan pesilat tuan rumah, deg – degan rasanya. Kedepan pengin mencoba pertandingan lain yang lebih tinggi, mungkin ke luar negeri, “ kata remaja berusia 16 tahun ini.
Khusus untuk Putri, ia menjadi yang terbaik setelah mengalahkan lawannya dari perguruan Tri Sakti Cirebon, Jawa Barat di babak final.
Pelatih pencak silat SMK Muhammadiyah Pamotan, Suwito Tabah berharap dua anak asuhnya jangan langsung berbangga diri. Justru menurutnya prestasi itu bisa menjadi momentum untuk tampil lebih baik. Target dalam waktu dekat ini, harus mampu mengukir prestasi dalam Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda). Minimal menembus ke tingkat Provinsi Jawa Tengah.
“Untuk mencapai prestasi itu nggak mudah. Bukan sekedar tekhnik dan fisik, tetapi juga faktor keberuntungan. Nah, jangan sombong dulu. Tantangan kedepan akan lebih berat. Ayo yang giat berlatih, sekaligus muda – mudahan prestasi Luluk dan Putri ini dapat memompa semangat siswa lainnya, “ ujar Suwito.
Suwito menganggap Luluk dan Putri ibarat seperti adiknya sendiri, sehingga ia berusaha membangun ikatan emosional, terutama saat berlatih maupun bertanding. Langkah semacam itu, memudahkannya untuk mengarahkan, sekaligus mentransfer strategi.
“Mereka biasa curhat, ya seperti adik saya sendiri. Bagaimana saya arahkan tentang jadwal latihan. Bahkan konsumsi makannya juga harus diatur, mau nurut kok, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).