Mengintip Aktivitas Bank Sampah : Awalnya Kesulitan, Kini Kewalahan
Buku tabungan bank sampah. (gambar atas) Sampah setoran dari warga menumpuk di bank sampah Desa Suntri, Kecamatan Gunem.
Buku tabungan bank sampah. (gambar atas) Sampah setoran dari warga menumpuk di bank sampah Desa Suntri, Kecamatan Gunem.

Gunem – Berawal dari keprihatinan banyaknya tumpukan sampah, namun terbuang percuma, Komunitas Sinar Mulya di Desa Suntri, Kecamatan Gunem berinisiatif membentuk bank sampah. Kali pertama memang kesulitan, namun sekarang pengelola justru kewalahan.

Direktur Bank Sampah Sinar Mulya Desa Suntri, Fuad Edy Santoso menjelaskan semula di sekitar Desa Suntri, banyak sampah rumah tangga berceceran. Kebetulan ada rekannya menyarankan membuat bank sampah, untuk mengelola sampah lebih baik. Kemudian bersama sejumlah pemuda lain, mendirikan bank sampah, dengan tujuan kondisi lingkungan kampung lebih bersih. Masyarakat mulai menyetorkan sampah kertas, plastik, besi, kaleng hingga kaca. Di Kecamatan Gunem, bank sampah Desa Suntri merupakan yang pertama, ternyata memberikan inspirasi bagi desa – desa lain.

“Antusias masyarakat luar biasa. Bahkan karena mungkin sangking semangatnya dan salah faham ketika sosialisasi, anak – anak kecil itu mencari sampah, ya kami tolak, karena bukan seperti itu. Minimal sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan atau dibakar, dapat dikumpulkan ke sini, “ terang Fuad.

Fuad menambahkan pada awal sosialisasi, agak sulit menggerakkan warga. Namun seiring berjalannya waktu, pihaknya mulai kewalahan menampung sampah. Untuk sementara sampah ditampung di dekat toko miliknya, sekaligus base camp komunitas Sinar Mulya. Begitu datang menyetor, jumlah sampah tercatat pada buku tabungan sampah yang dipegang oleh warga.

Sampah yang bisa didaur ulang, dijadikan barang kerajinan, seperti tas dari bungkus kopi. Sedangkan yang tidak bisa didaur ulang, dijual kepada pengepul. Uangnya akan dikembalikan lagi kepada masyarakat. Kedepan pihaknya juga ingin menyalurkan kredit, pembayaran angsurannya dengan menggunakan sampah.

“Ini baru dilaunching seminggu, jumlah sampah sudah banyak sekali. Kami sampai kewalahan mas. Memang warga akan memilih seminggu sekali baru ambil uangnya. Jadi ya menyesuaikan banyak sedikitnya sich. Kan tercatat semua di buku tabungan. Paling tidak, warga mulai sadar memanfaatkan sampah, “ imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang, Suharso mengatakan di pelosok pedesaan, pihaknya sering menjumpai tumpukan sampah. Dengan adanya bank sampah, paling tidak bisa mengurangi kebiasaan warga membuang sampah sembarangan. Ia berharap nantinya jumlah bank sampah di tingkat desa akan semakin banyak. (MJ – 81).

News Reporter

Tinggalkan Balasan