Rembang – Nelayan di Kabupaten Rembang, Sabtu malam (23/06) menggelar deklarasi, untuk mendukung berlangsungnya pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jawa Tengah, Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden yang damai. Deklarasi tersebut sebagai bentuk sikap nelayan, supaya mereka tidak menjadi sasaran politisasi.
Nelayan kapal cantrang dari berbagai desa di Kabupaten Rembang yang tergabung dalam Asosiasi Nelayan Dampo Awang Bangkit berkumpul di pinggir Pelabuhan Tasikagung, guna meramaikan pesta sedekah laut. Sebelum hiburan dangdut dimulai, perwakilan nelayan, pengurus kapal, hingga pemilik kapal, naik ke atas panggung, untuk membacakan deklarasi. Satu pemandangan yang tak biasa, karena ada kaitannya dengan tahun politik.
Ikrar nelayan ini dipimpin oleh tokoh cantrang dari Desa Tritunggal, Rembang, Sukarli. Isinya berupa dukungan terhadap pelaksanaan Pilkada Jawa Tengah tanggal 27 Juni 2018, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019, berjalan aman. Nelayan juga siap menjaga kondusivitas daerah. Apabila ingin menyampaikan aspirasi tentang keluhan nelayan, maka akan menggunakan jalur secara prosedural.
“Kami menyatakan siap mendukung upaya pemerintah dalam menjaga keutuhan NKRI, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Mari kita saling bekerja sama untuk menjaga rasa aman, tentram dan damai, “ urai Sukarli.
Ketua Asosiasi Nelayan Dampo Awang Bangkit, Suyoto mengakui nelayan rawan ditunggangi kepentingan – kepentingan politik, berdalih ingin memperjuangkan nasib nelayan. Karena bisa dipolitisir, maka dengan deklarasi semacam ini, sekaligus merupakan sarana pendidikan politik bagi kaum nelayan. Mengenai pilihan pada pesta demokrasi, pengurus asosiasi menyerahkan sepenuhnya ke masing – masing nelayan.
“Sangat kita dukung sekali demi suksesnya pesta demokrasi. Nelayan sekarang juga semakin terdidik kok. Saya yakin dengan pengkondisian masyarakat nelayan, insyaallah akan aman, “ beber Suyoto.
Setelah membentangkan poster dukungan Pilkada dan Pemilu damai, acara ditutup dengan pentas dangdut. Tampak ribuan penonton memadati area depan panggung, sejak mulainya deklarasi. (MJ – 81).
