Rembang – Bupati Rembang, Abdul Hafidz memerintahkan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) lebih memperhatikan para penyandang disabilitas, melalui program – program khusus pada tahun 2019 mendatang.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengatakan untuk penyandang disabilitas anak, apabila masih memungkinkan disembuhkan, bisa memanfaatkan layanan kesehatan yang ada dari pemerintah. Sedangkan disabilitas dewasa, ia meminta ada program usaha produktif.
Agar penanganan lebih cepat, Bupati mendorong kalangan swasta menggelontorkan dana sosial, untuk ikut memberdayakan penyandang disabilitas.
“Bappeda saya minta agar perhatian untuk penyandang disabilitas menjadi prioritas pada tahun 2019 nanti. Sesungguhnya negara harus hadir ngurusi yang kayak gini ini. Nah, sektor swasta saya berharap ikut peduli. Nanti kalau butuh data, silahkan minta ke Dinas Sosial, “ ucapnya.
Abdul Hafidz menambahkan jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Rembang tergolong tinggi. Utamanya disabilitas anak, yang membuat Pemkab perlu memikirkan penanganan komprehensif.
Anak cacat tuna rungu mencapai 348, anak tuna netra 75, kemudian tuna rungu wicara 191, cacat mental 49, mental psikotik 174, serta cacat fisik dan mental 105.
“Kalau yang disabilitas dewasa malah lebih banyak lagi. Tuna rungu 866, tuna netra 600 an lebih, sedangkan tuna rungu wicara lebih dari 300 orang. Terus terang sedih kita, apalagi kalau melihat disabilitas anak, “ tutur Bupati.
Sementara itu, Rasmito, penyandang tuna netra di Desa Mlatirejo Kecamatan Bulu mengaku selama ini berjualan pulsa di rumah, sekedar menyambung ekonomi keluarganya. Ia membenarkan banyak rekan – rekannya sesama penyandang disabilitas yang menantikan suntikan modal lunak untuk usaha. Kalau Pemkab Rembang ingin membuat program, Rasmito berharap akses modal bagi penyandang disabilitas dapat dipermudah.
“Kita mau ngelamar pekerjaan ya susah mas. Jarang ada pabrik yang mau mempekerjakan penyandang disabilitas. Kalau mau merintis usaha sendiri, tentu butuh modal. Lha kalau mengajukan pinjaman ke bank, sering pegawai bank nggak percaya. Pada kondisi seperti ini yang membuat kami menunggu bantuan pemerintah, “ terangnya. (MJ – 81).