Banjir Parah Di Rembang : Warung Hanyut, Pantura Sempat Lumpuh Hingga Pondok Gus Baha’
Warga Desa Bonang Kecamatan Lasem berada di tengah banjir. (Foto atas) Sejumlah sepeda motor kesulitan masuk Desa Pangkalan Kecamatan Sluke, karena banjir, Sabtu sore (22/03).
Warga Desa Bonang Kecamatan Lasem berada di tengah banjir. (Foto atas) Sejumlah sepeda motor kesulitan masuk Desa Pangkalan Kecamatan Sluke, karena banjir, Sabtu sore (22/03).

Rembang – Bencana banjir menerjang sejumlah lokasi di Kabupaten Rembang, Sabtu sore hingga malam (22 Maret 2025).

Setidaknya banjir menyebar di Kecamatan Lasem, Sluke, Sedan dan Kecamatan Kragan. Selain tingginya curah hujan sejak siang hari, faktor kerusakan lingkungan perbukitan sebagai daerah resapan air, diduga ikut memperparah kondisi.

Di jalur Pantura Semarang-Surabaya, Desa Trahan Kecamatan Sluke, ketinggian banjir mencapai setengah sampai satu meter, akibat kiriman air dari pegunungan bagian selatan maupun area persawahan. Arus lalu lintas pun macet cukup panjang.

Adanya pohon trembesi berukuran cukup besar tumbang menghalangi jalur Pantura, semakin menambah kesemrawutan lalu lintas.

Kepala Desa Trahan Kecamatan Sluke, Tunikah menjelaskan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pemotongan pohon. Pantura yang semula lumpuh, berangsur-angsur antrian kendaraan terurai.

Selain berdampak pada akses jalur Pantura, banjir juga menggenangi kawasan permukiman penduduk di Dusun Babadan Desa Trahan.

“Banjir kali ini tergolong sangat parah, arusnya kuat sekali. Mobil besar masih bisa jalan, tapi untuk motor dan mobil kecil ya sempat was-was dan berhenti dulu tadi. Jam setengah enam petang, banjir mulai agak surut,” terangnya.

Di Desa Bonang Kecamatan Lasem, banjir merendam perumahan penduduk. Bahkan di sekitar Makam Sunan Bonang, ketinggian banjir sampai perut orang dewasa.

Musyafak, seorang warga Desa Bonang mengatakan baru kali pertama ini rumahnya yang berada di pinggir pesisir pantai Desa Bonang terkena banjir.

“Baru kali ini mas, biasanya hujan deras sekalipun ya nggak pernah banjir. Mungkin banyak saluran air menuju laut tersumbat sampah. Ditambah dengan air laut pasang, sehingga pembuangan air menjadi lambat,” ungkap Musyafak.

Pondok Gus Baha’

Di Desa Gesikan dan Desa Mojosari Kecamatan Sedan, banjir mengakibatkan sebuah warung terseret. Detik-detik bangunan warung hanyut, sempat terekam kamera HP warga yang melintas.

Kepala Desa Mojosari, Musyafak membeberkan intensitas curah hujan cukup tinggi. Di kampungnya terdapat sungai kecil yang menjadi titik pertemuan air di 3 kampung, meliputi Gesikan, Sambiroto dan Mojosari.

Sabtu sore, air sungai meluap.

“Yang warung dan bangunan PAUD itu ikut Desa Gesikan pak, sedangkan permukiman ikutnya Mojosari. Memang kebetulan perbatasan antar desa,” ujarnya.

Banjir juga merendam Pondok Pesantren Al-qur’an LP3IA Desa Narukan Kecamatan Kragan, sebuah Ponpes yang diasuh ulama, KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha’).

Genangan air sempat memenuhi halaman utama pondok pesantren. Tampak para santri sibuk mengevakuasi barang-barang ke tempat yang lebih tinggi. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan