

Kaliori – Desa Tasikharjo Kecamatan Kaliori memiliki potensi hutan bakau yang sangat memukau, namun sampai sekarang belum dikembangkan untuk destinasi wisata.
Sejauh ini sebatas berfungsi sebagai penahan gelombang, melindungi areal tambak milik warga setempat.
Padahal jika dibandingkan dengan hutan bakau di Kaliuntu Desa Pasar Banggi Rembang, kondisi hutan bakau Tasikharjo tak mau kalah, karena luasnya diperkirakan mencapai lebih dari 10 hektar.
Kepala Desa Tasikharjo, Sutaji mengatakan hutan bakau di kampungnya membentang dari Dusun Paloh ke barat sampai perbatasan dengan Desa Dresi Kulon, panjangnya setengah kilo meter lebih.
“Kalau lebarnya dari barat bervariasi, ada 300 Meter, 250 Meter, 200 Meter. Jadi semakin ke timur semakin menyempit,” ungkapnya, Minggu (15/12).
Ia mengakui kontur tanah hutan bakau didominasi sedimentasi lumpur, sehingga untuk penambahan tanaman, perlu penanganan esktra.
“Yang utara Dusun Paloh sedimentasinya lebih tipis, tapi kalau utara Dusun Ngelak memang luar biasa sedimentasinya,” kata Kades.
Butuh Pendampingan
Sutaji menambahkan hutan bakau Tasikharjo sangat luas, bukan hanya karena aktivitas penanaman, tetapi juga tumbuh berkembang secara alami.
“Dua opsi, api-api atau brayo ini di musim kemarau berbuah, nanti buah rontok, jatuh dan akhirnya tumbuh ke mana-mana. Disamping juga ada program penanaman,” bebernya.
Ia membenarkan keterbatasan dana desa membuat saat ini hutan bakau belum tersentuh program khusus.
Pemerintah Desa Tasikharjo membuka diri kalau ada kepedulian dari pihak-pihak luar yang tertarik ingin memberikan pendampingan.
Selain legalitas, menurutnya perlu penataan akses jalan menuju hutan bakau. Ia optimis kalau dipoles serius, kelak akan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar.
“Pertama, tanah di hutan bakau perlu dilegalitaskan, sebagai payung hukum kedepannya. Kami juga mendengar, perusahaan Djarum tertarik masuk. Semoga ada progres yang positif,” pungkas Sutaji. (Musyafa Musa).