Rembang – Kerusuhan Ambon di Provinsi Maluku menjadi kenangan yang tidak pernah terlupakan bagi Kepala SMA N 3 Rembang, Hedi Wibowo.
Betapa tidak, saat kerusuhan berkecamuk tahun 1999, Hedi Wibowo kala itu masih menjadi guru di SMA N 2 Namlea Buru Utara Timur Provinsi Maluku.
Ia bersama keluarganya bahkan sudah punya rumah besar dan toko di daerah tersebut.
“Saya tugas di Maluku antara tahun 1993 sampai 2000 mas, sudah mapan di sana,” ucapnya mengenang.
Namun saat banyak korban jiwa berjatuhan akibat kerusuhan mengatasnamakan agama, Hedi bersama keluarganya memutuskan balik ke Jawa.
Untuk bisa lolos selamat ke Jawa, membutuhkan perjuangan yang menguras air mata, karena suasananya benar-benar mencekam.
“Saya, isteri dan anak naik perahu, dipindahkan ke kapal, waduh mas kayak di film-film. Saya dikawal murid-murid sekolah dari penduduk setempat. Isteri nangis terharu, ketika sudah naik kapal. Bisa selamat saja sangat alhmadulillah, luar biasa kita syukuri. Semoga Indonesia tetap aman, nggak ada kerusuhan seperti itu lagi,” kata Hedi.
Beragam Inovasi
Setibanya di Jawa, pria asli Kauman Juwana Kabupaten Pati yang tinggal di Perumahan Sumber Mukti Indah Sumberjo Rembang ini, singkat cerita bertugas ke SMA N 2 Rembang, mengampu mata pelajaran Biologi.
Tergolong cukup lama di SMA N 2, kemudian menjabat Kepala SMA N Sumber dan sejak tahun 2021 menempati posisi Kepala SMA N 3 Rembang.
Banyak inovasi yang ia lakukan untuk sekolah tersebut. Kamis pagi (05 September 2024) misalnya, yang menjadi puncak perayaan ulang tahun ke-33 SMA N 3 Rembang, ditampilkan group karawitan para guru, bernama Madyo Laras dan group band The Teachers Band, karena semua personilnya guru.
“Bapak ibu guru sangat semangat, kompak. Saya ucapkan terima kasih juga buat anak-anak yang sudah menggelar banyak kegiatan, termasuk Smaga Cup, lomba bola volly antar SMP. Tujuannya untuk menjaring bibit potensial yang bisa masuk ke kelas khusus olahraga (KKO) SMA N 3,” terangnya.
Hedi menambahkan saat ini pihaknya terus menggencarkan kampanye gerakan sekolah menyenangkan (GSM).
Ia berharap siswa nantinya akan semakin berkreasi sesuai minat dan bakat masing-masing.
“Sekolah bukan lagi momok menakutkan, tapi sebaliknya, menyenangkan,” pungkas Hedi. (Musyafa Musa).