Catatan Petugas Haji (06) : Mengawali Di Jalur Sa’i, Sering Mendengar Pertanyaan Ini
Jadwal piket petugas haji. Huruf T adalah singkatan tim.
Jadwal piket petugas haji di Seksus Masjidil Haram. Huruf T adalah singkatan tim.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Makkah – Hari Senin, tanggal 05 Juni 2023, menjadi hari pertama saya bertugas di Sektor Khusus (Seksus) Masjidil Haram, sebagai petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) Layanan Jemaah Lansia.

Sebelumnya sudah ada pengumuman, saya bergabung ke Tim 3, bersama-sama dengan dokter Leksmana, seorang dokter yang juga anggota TNI dari RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, kemudian ibu Susilowati dan Ibu Khusnul Khotimah juga dari RSPAD, serta Ustadz Abdullah Faishol, seorang tokoh agama dari Solo.

Berarti hanya saya dan pak Faishol dari Jawa Tengah, sedangkan beliau bertiga yang lain tinggal di Jabodetabek.

Di Tim 3 ini merupakan gabungan dari Perlindungan Jamaah (Linjam), Layanan Jemaah Lansia, konsultan ibadah, kemudian penanganan krisis dan pertolongan pertama pada jemaah haji (PKP3JH).

Mengawali tugas, kita harus mengikuti apel di lobi hotel terlebih dahulu, membuat barisan sesuai dengan tim masing-masing.

“Semoga tugas hari ini berjalan lancar. Layani para jemaah haji, dengan sepenuh hati,” pesan Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram, Slamet Budiono memompa semangat anggota Seksus.

Sedangkan do’a, dipimpin oleh Ustadz Abdullah Faishol, sekaligus menyelipkan pesan-pesan menyejukkan.

Usai apel, saya berangkat dari Hotel Qasr Al Talayie di kawasan Mina, ke Masjidil Haram dengan menggunakan bus, berjarak sekira 4 Kilo Meter.

Lokasi hotel kebetulan berdekatan dengan terminal, sehingga tidak terlalu menyulitkan untuk pulang pergi. Selama musim haji, bus juga gratis.

Ada 9 Pos Petugas di Masjidil Haram

Sebagai gambaran, di Seksus Masjidil Haram terdapat 9 pos. Masing-masing Pos 1 area Tawaf, Pos 2 Shafa Marwah, Pos 3 Pintu Babusalam, Pos 4 Lantau Dua Sa’i, Pos 5 depan Tower Zam-Zam/WC 3, Pos 6 depan Hotel Dar Al Tauhid, Pos 7 depan King Abdullah, Pos 8 belakang King Abdullah dan Pos 9 Terminal Syb Amir.

Di sembilan pos tersebut, sudah disebar petugas haji Indonesia, untuk membantu para jemaah. Maklum, Masjidil Haram sebagai lokasi pusat ibadah jemaah dari berbagai penjuru dunia, sehingga memiliki intensitas kepadatan yang sangat tinggi.

Pada awal-awal kami bertugas, terdapat 18 tim, dibagi untuk shif pagi dan shif malam. Setiap shif, rata-rata diperkuat 5 personil.

Sekali shif, menjalankan tugas selama 12 jam. Shif pagi, mulai pukul sembilan pagi sampai sembilan malam. Shif pagi balik hotel, kemudian digantikan rombongan shif malam dan begitu seterusnya.

“Harus jaga kondisi, karena rentang waktu tugas yang lumayan panjang. Jadi begitu pulang hotel, waktu yang ada betul-betul dipakai untuk istirahat,” kata seorang rekan mengingatkan.

Lokasi Tugas Pertama

Hari pertama bertugas, saya bersama Tim 3 kebagian jaga di Pos 4 atau lantai dua Sa’i.

Sa’i merupakan kegiatan jemaah berjalan/berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali. Setelah renovasi, jalur Sa’i ini berada di dalam area Masjidil Haram. Jarak bukit Shafa dengan Ka’bah, kira-kira hanya 100 Meter.

Ada tiga lantai Sa’i yang biasa digunakan para jemaah. Kami harus mempelajari pergerakan jemaah haji Indonesia, sekaligus menghafalkan pintu-pintu keluar.

“Ketika ada jemaah bingung dan bertanya, saya mesti bisa menjelaskan, soalnya banyak sekali pintu di sini,” pikirku sambil berjalan melakukan observasi.

Ternyata betul. Baru beberapa langkah, sudah ada jemaah pria yang kelelahan mendorong isterinya duduk di kursi roda.

“Pintu keluar mau pulang ke terminal di sebelah mana ya pak,” tanya jemaah tersebut. Pertanyaan semacam itu kerap terlontar dari jemaah, pada awal-awal musim haji.

Saya inisiatif bantu mendorong kursi roda, sedangkan Ustadz Abdullah Faishol mendampingi, sekaligus mengarahkan arah jalan keluar.

Petugas haji membantu mendorong jemaah haji pengguna kursi roda.
Petugas haji membantu mendorong jemaah haji pengguna kursi roda.

Di lantai dua Sa’i ini tidak seramai lantai bawah. Jemaah umumnya memilih lantai dua, karena suasananya agak longgar. Mereka rata-rata jamaah kaum lanjut usia.

Peristiwa yang sering terjadi adalah jemaah keluar dari pintu Sa’i (Bukit Marwah), mereka bingung arah jalan keluar menuju terminal bus. Di sinilah kehadiran petugas sangat dibutuhkan.

Bahkan tak jarang petugas harus mengantar sampai terminal, karena jemaah masih khawatir tersesat, kalau hanya diberi penunjuk arah.

Petugas harus siap!! Meski jaraknya cukup jauh, di tengah-tengah sengatan terik matahari, tak jadi soal. Membawa payung jadi solusi.

“Ketika jemaah tersenyum sampai terminal bus, untuk pulang kembali ke hotel, saya pun ikut tersenyum. Habis itu saatnya kembali lagi ke pos tugas. Semangat, semangattttt,” batinku sambil meneguk sebotol air zam-zam.

Setelah kisah ini, akan saya lanjutkan cerita tentang 3 terminal bus jemaah dan peristiwa momen tangisan seorang jemaah pria. Karena apa ?? (Musyafa Musa).

Wassalamualaikum Wr. Wb.

News Reporter

Tinggalkan Balasan