Catatan Petugas Haji (03) : Baru 15 Menit Perjalanan, Suaranya Mulai Bergetar
Bacaan Talbiyah menggema saat bus petugas haji perjalanan dari Bandara King Abdul Aziz ke Masjidil Haram.
Bacaan Talbiyah menggema saat bus petugas haji menempuh perjalanan dari Bandara King Abdul Aziz ke Masjidil Haram.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Makkah – Usai dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi, rombongan petugas haji yang tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tambahan, singgah ke hotel terdekat dengan bandara, untuk mandi sunnah, wudhlu, menggunakan pakaian ihram, mengerjakan shalat sunnah, kemudian mengucapkan niat haji.

“Tugas pokok adalah sebagai petugas, sedangkan haji bonusnya,” begitu penegasan Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Ibadah Haji Dan Umrah Kemenag, Arsyad Hidayat.

Para petugas umumnya melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu, baru kemudian melakukan ibadah haji atau biasa disebut Haji Tamattu.

Meski kita tiba pada dini hari, tepatnya tanggal 02 Juni 2023, namun saya melihat semua semangat. Apalagi ketika naik bus dengan berpakaian Ihram, wajah-wajah bahagia tergambar jelas.

Selama di dalam bus menuju Masjidil Haram, bacaan Talbiyah (Labaik Allahumma Labaik) terus menggema. Lampu temaram bus, membuat suasana kian khidmat.

Baru sekira 15 menit bus melaju, rekan yang duduk di samping saya, suaranya mulai bergetar, tak selantang sebelumnya saat awal naik bus. Ia bahkan sesekali terlihat mengusap air matanya.

“Saya teringat almarhum bapak saya yang belum menunaikan ibadah haji. Justru saya mendapatkan kesempatan luar biasa ini. Saya tidak mengira bisa tiba di sini, ini pengalaman kali pertama,” tuturnya lirih.

Jarak dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah ke Makkah sekira 190 kilo meter dan ditempuh dalam waktu kira-kira 4,5 jam.

Sepanjang perjalanan, kita disuguhkan hamparan bukit berbatu, rumah-rumah khas permukiman warga Arab Saudi dan deretan pohon qurma di kanan kiri jalan. Jalan raya di Arab Saudi tergolong sangat lebar, sehingga tak heran, kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi.

Mobilnya bagus-bagus. Saat kami berhenti di sebuah rest area, terlihat deretan mobil parkir. Beberapa tampak jok kursinya masih terbungkus plastik, tapi bagian luarnya sudah banyak yang lecet dan penyok di sana-sini.

Menurut informasi, angka kecelakaan lalu lintas di Arab Saudi tergolong tinggi, karena kesadaran tertib berlalu lintas masih rendah.

Sebagai gambaran, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melansir ada 6.651 korban meninggal dunia selama tahun 2021, akibat kecelakaan lalu lintas di Arab Saudi.

“Kalau mau nyeberang jalan di sini, harus ekstra hati-hati. Sebaiknya cari jalur penyeberangan zebra cross atau jembatan penyeberangan, biar aman. Mobil kencang-kencang di sini,” kata Ustadz Soleh Sofyan, petugas haji yang satu bus dengan kami.

Di Arab Saudi, arus kendaraan menggunakan lajur kanan, sedangkan di Indonesia memakai lajur kiri.

“Ini juga harus diingat-ingat oleh jemaah maupun petugas, utamanya kalau mau nyeberang jalan. Pastikan tengok kanan kiri, soalnya di sini kendaraan pakai lajur kanan,” imbuhnya.

Perbedaan mencolok lainnya dengan Indonesia, sangat sulit menemukan sepeda motor melintas di jalanan Arab Saudi. Kalaupun ada, paling hanya sepeda motor tua sejenis A-100 warna merah, dipakai polisi Arab Saudi untuk hilir mudik jarak pendek.

“Geli juga liatnya, polisi berseragam di sini naik motor, cukup pakai baret saja. Dari tadi nggak nemu ada polisi yang pakai helm. Ternyata pemandangan lazim di sini. Wah kalau di Indonesia, bisa difoto netizen, auto viral,” ungkap seorang rekan tertawa sambil geleng-geleng.

Setelah ini, akan saya sambung dengan tulisan berikutnya, kisah masuk pertama kali Masjidil Haram yang mengharu biru. (Musyafa Musa).

Wassalamualaikum Wr. Wb.

News Reporter

Tinggalkan Balasan