Sluke – Banyaknya limbah cangkang kulit rajungan di pesisir pantai utara Sluke, Kabupaten Rembang menjadi masalah, karena kondisi tersebut mengakibatkan polusi udara akibat bau busuk yang menyengat.
Seorang penyuluh pertanian di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Mira Malviani mengaku prihatin, karena lama kelamaan jumlah limbah cangkang kulit rajungan semakin bertambah.
“Ini jadi masalah nggak hanya satu dua desa saja, tapi hampir merata di desa pinggir pesisir Pantura Kecamatan Sluke. Bau nggak sedap, jadi udara nggak bagus kan, “ ungkapnya, Minggu (12/12).
Ia kemudian tercetus ide, membuat pupuk organik cair berbahan baku cangkang kulit rajungan.
“Sesuai dengan bidang saya di bidang pertanian, saya olah menjadi pupuk cair, “ imbuh Mira.
Wanita berusia 40 tahun, asli Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem ini menambahkan cangkang terlebih dahulu dicuci, dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
“Kalau nggak ditepungkan dulu, cangkangnya yang mengandung Calsium akan susah terurai. Makanya harus ditepungkan, “ terangnya.
Setelah itu, tepung kulit rajungan dicampur dengan gula jawa yang sudah dihaluskan, serta cairan EM4 sebagai pengurai dalam proses fermentasi. Untuk hasil maksimal, dapat dicampur pula dengan air bekas pencucian beras. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tempat tertutup. Tunggu sampai 2 Minggu, pupuk organik cair sudah bisa digunakan.
“Uji coba pertama saya, fermentasi hanya 1 Minggu, ternyata kurang maksimal. Makanya saya putuskan menjadi 2 Minggu, “ beber wanita alumni SMA N I Rembang tahun 1999 ini.
Pupuk organik cair tersebut kali pertama diaplikasikan oleh binaannya, Kelompok Wanita Tani (KWT) Larasati Desa Pangkalan, Kecamatan Sluke. Sasaran penggunaan untuk memupuk tanaman di pekarangan rumah, supaya dapat menopang kebutuhan pangan keluarga.
“Kalau sasarannya tanaman pekarangan, yang konsumsi pertama adalah keluarga. Pakai pupuk organik cair, insyaallah aman. Tapi sasaran yang lebih luas kepada petani, belum. Soalnya petani kalau ditawari pupuk organik, cenderung masih pikir-pikir, “ ungkapnya.
Menurut Mira, pupuk organik cair dari bahan cangkang kulit rajungan memiliki sejumlah keunggulan. Selain harganya terjangkau dan bisa mengurangi limbah, cara pemupukan dengan metode semprot atau siram akan lebih efektif.
“Langsung ke sasaran, sehingga mempercepat pertumbuhan. Harganya per botol isi 500 ml, dijual Rp 10 ribu. Di KWT Larasati Desa Pangkalan, saat ini sudah punya unit pengolah limbah kulit cangkang rajungan, “ pungkas Mira.
Temuan pupuk organik cair dari cangkang kulit rajungan ini sempat diikutkan lomba oleh Mira Malviani dalam ajang Kreasi Dan Inovasi (Krenova) tingkat Kabupaten Rembang tahun 2021. Mira meraih juara III kategori penjaringan inovasi. (Musyafa Musa).