Rembang – Radio R2B (PT Radio Rembang Bangkit-Red), sebagai radio swasta pertama di Kabupaten Rembang hingga saat ini masih mempertahankan ribuan kaset. Meski tidak lagi difungsikan untuk siaran, namun tetap dikoleksi sebagai bahan perbendaharaan lagu.
Penyiar senior Radio R2B, “Didik” Kundiantoro menceritakan awal radio siaran sekira tahun 1994 silam di Jalan Magersari – Waru, memakai kaset untuk memutar lagu dan iklan menggunakan tape.
“Jadi ada 4 tape. Gantian puter iklan, puter lagu, begitu seterusnya, “ kenang Didik.
Penyiar kala itu dituntut harus hafal nomor kode kaset, sehingga ketika ada permintaan lagu dari pendengar, bisa cepat melayani. Meski cukup menantang, namun terasa mengasyikkan.
“Misal ada yang minta lagu begadang, kita harus tahu kodenya nomor berapa, kemudian di track berapa. Kalau nggak hafal, ya nyunyak nyuyuk. Soalnya kaset kan banyak sekali, habis itu dipaske posisi lagunya, “ tuturnya, Selasa (31 Agustus 2021).
Apalagi ketika penyiar piket jaga siaran wayang maupun kethoprak semalam suntuk, menurutnya jangan sampai tertidur. Kalau hal itu terjadi, side A sebuah kaset habis, pasti akan terhenti dan tidak lekas dibalik ke side B.
Pernah ada kejadian penyiar pulas tertidur, sehingga siaran terhenti. Tidak hanya telefon ruang siar yang berdering terus menerus, bahkan ada fans radio sampai rela datang menggedor-gedor pintu studio.
“Saya kira hal semacam itu pernah dialami penyiar-penyiar tempo dulu, yang masih pakai kaset untuk siaran. Jaga wayang atau kethoprak, kuncinya nggak boleh ngantuk, “ imbuh Didik tertawa.
Didik kemudian menunjukkan kaset pop pertama yang dimiliki R2B adalah album Franky Sahilatua, sedangkan kaset dangdut pertama albumnya group Trio MSC.
“Saya saja sampai nggak hafal personil Trio MSC siapa saja. Tapi kalau yang generasi kelahiran ’80 an masih tahu lah. Anak-anak sekarang belum mengenal Trio MSC, “ ungkap pria yang tinggal di Tawangsari – Leteh, Rembang ini.
Deretan kaset yang cukup banyak dengan ciri khas warna dan nomor khusus, saat ini masih tersimpan rapi di ruang Discotiq Radio R2B.
“Yang dangdut dikasih warna hijau, pop warna pink, nanti lagu lawas ada warna lain lagi. Nomornya juga diurutkan, tujuannya memudahkan menghafal. Kaset tetap kita simpan, untuk mengenang dulu kita pernah siaran pakai kaset, “ tandasnya.
Setelah era tahun 2000 an, siaran mulai menggunakan komputer. Secara perlahan, kaset tersisih oleh file MP3 yang diputar dari komputer. Penyiar memutar lagu dan iklan, jauh lebih mudah, karena tinggal disusun saja.
“Ibaratnya mau ditinggal sehari, dua hari ndak masalah, selama listrik ndak padam, “ pungkasnya.
Ia membandingkan dulu dengan sekarang, supaya masyarakat memahami bahwa masa akan terus berganti, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
“Begitu juga radio R2B yang sekarang berada di Jl. Pemuda KM 03 utara Perempatan Galonan, akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan selera masyarakat. Yuk dengar radio, satu suara, berjuta telinga, “ kata Didik menyudahi. (Musyafa Musa).