Perjuangan Warga Di Puncak Gunung, Mandi Sekali Saja Hingga Begadang Tengah Malam
Seorang anak di Dusun Kolilo, Desa Sendangcoyo antre mengambil air.
Seorang anak di Dusun Kolilo, Desa Sendangcoyo antre mengambil air.

Lasem – Dusun Kolilo, Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang berada di puncak pegunungan Lasem. Bahkan termasuk salah satu dusun yang lokasinya tertinggi di Kabupaten Rembang.

Dari dusun ini pula, kita bisa melihat hamparan dataran rendah, maupun pesisir pantai utara Jawa. Kanan kiri dusun diapit hutan lindung yang cukup lebat, dengan panorama keindahan alam yang memukau. Tapi siapa sangka masyarakatnya pada bulan Mei 2021 ini sudah menghadapi kesulitan air bersih cukup parah, meski terhitung baru awal musim kemarau.

Tak bisa dibayangkan, bagaimana bulan Agustus – September kelak, manakala terjadi puncak musim kering.

Dusun yang dihuni sekira 70 an kepala keluarga ini, mengandalkan sumber air dari pinggir sungai tengah hutan yang dialirkan menuju bak-bak penampungan. Antrean jirigen mengular panjang. Warga pun harus rela antre berjam-jam, demi mendapatkan 1 jirigen air. Tak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak ikut menunggu. Kondisi semacam ini sudah terjadi sejak bulan Januari lalu.

Seorang warga Dusun Kolilo, Tonah mengaku antre menaruh jirigen pada waktu Subuh dan baru memperoleh giliran mengambil air sekira pukul 11 siang. Ia membenarkan saat tengah malam, antrean air masih ramai. Waktu untuk tidur diabaikan, demi air.

Sangking berharganya air, Tonah dan keluarga mandi sekali saja dalam sehari, supaya lebih hemat.

“Kebutuhan paling banyak untuk mandi, nyuci sama masak. Harapannya kedepan kondisi ini tidak berlarut-larut, “ ungkapnya, Selasa (18/05).

Warga lain, Sulastri menceritakan meski banyak pepohonan, tapi kampungnya sulit sumber air. Beberapa kali warga maupun pihak desa melakukan pengeboran sampai kedalaman ratusan meter, belum keluar air. Bahkan alatnya sampai lepas tertinggal di dalam tanah, sehingga pengeboran dihentikan ketika bulan puasa kemarin.

“Kedalaman 150 Meter belum dapat air mas, ini alatnya malah putus, kecepit di dalam. Jadi berhenti nggak dilanjutkan, “ keluh Sulastri.

Bagi warga yang tidak sabar antre, mereka biasanya mengambil air ke dusun tetangga dengan naik sepeda motor, melewati jalan terjal berjarak sekira 3 kilo meter. Meski setiap hari menghadapi kesulitan air, namun menurut tokoh warga Dusun Kolilo, Nyuwadi, masyarakat tetap bertahan tinggal di kampung halaman.

“Lha mau pindah kemana mas, sudah terlanjur di sini menetap sama keluarga. Susah senang ya di sini, “ ujarnya.

Lokasi Dusun Kolilo yang berada di puncak perbukitan, tentu membutuhkan perjuangan ekstra, apabila armada truk tangki ingin memasok bantuan air. Itu pun sifatnya jangka pendek. Maka warga berharap ada solusi mengoptimalkan sumber air di luar kampung yang bisa ditarik masuk ke Dusun Kolilo.

Soal usulan ini, Kepala Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Dwi Sukamdi menyatakan pihaknya sudah berupaya melakukan pengeboran sumur, melalui anggaran desa pada tahun 2019 dan 2020. Namun ia mengakui belum bisa tuntas, karena kendala teknis di lapangan.

“Termasuk pipa bor putus. Selain Kolilo, yang masih susah air di Dusun Lorog dan Mentoro. Kalau tahun 2021 ini tidak ada pemangkasan anggaran lagi, akan kita upayakan pengeboran di Dusun Mentoro, “ beber Kades. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan