Rembang – 4 jenazah korban pembunuhan di Desa Turusgede, Rembang akhirnya dimakamkan, Kamis (04 Februari 2021) sekira pukul 21.30 Wib. Pihak keluarga korban merasa sangat terpukul atas kejadian tersebut.
Setelah autopsi dari RSUD dr. R. Soetrasno Rembang selesai, empat jenazah korban pembunuhan disemayamkan ke rumah duka di Desa Turusgede.
Diantaranya pasangan suami isteri Anom Subekti (65 tahun) dan Tri Purwati (50 an tahun), kemudian anaknya Al Fitri Saiditina (12 tahun) dan cucunya Galuh Lintang Laras Kinanti (10 tahun).
Begitu iring-iringan mobil jenazah tiba di rumah duka, keluarga korban sontak langsung menangis. Bahkan ayah dari Galuh Lintang, Danang berteriak histeris, karena masih belum percaya putri kesayangannya tersebut turut menjadi korban pembunuhan, saat bermain ke rumah kakeknya. Kebetulan sang nenek, Tri Purwati akan merayakan ulang tahun di hari Kamis ini.
4 jenazah kemudian disholatkan terlebih dahulu. Sehari-hari, korban pembunuhan, Anom Subekti membuka usaha sewa dan jual beli perangkat gamelam. Ia awalnya menempati rumah joglo di pinggir jalan raya Desa Kedungrejo – Turusgede. Setelah rumah itu ditempati anaknya, Danang, Anom membangun rumah joglo baru sebagai padepokan seni, tak jauh dari rumah lama, namun agak menjorok ke dalam gang.
Semasa hidupnya, Anom dikenal gigih memajukan seni budaya. Purwono, rekan korban sesama seniman mengatakan Anom Subekti dikala muda merupakan pemain kethoprak dan dalang wayang kulit handal.
Ketika aktif menjadi pegawai negeri, yang bersangkutan lama di Dinas Penerangan, Humas Pemkab Rembang dan pernah menangani pengelolaan Radio CB FM. Setelah pensiun, banyak menggeluti bisnis gamelan.
“Beliau adalah pelaku dan pejuang seni budaya di Kabupaten Rembang, kami merasa kehilangan seorang seniman yang luar biasa, “ ungkapnya.
Purwono menambahkan Almarhum Anom Subekti juga berperan sebagai pencipta gending (lagu) Rembang Bangkit, bersama dalang Alm. Ki Hadi Sumarto. Gending tersebut sampai sekarang masih melegenda di tengah masyarakat Kabupaten Rembang.
“Rembang Bangkit betul-betul menjadi lagu daerah. Beliau juga menciptakan lagu Endahe Kutho Rembang, “ imbuh Purwono.
Usai jenazah disholatkan, selanjutnya dimakamkan ke pemakaman umum Desa Kunir, Kecamatan Sulang, berjarak sekira 5 kilo meter dari rumah duka. Desa Kunir merupakan tempat kelahiran Anom Subekti.
Kasmani, Kepala Desa Kunir membenarkan meski kampung aslinya Kunir, namun almarhum sudah lama menetap di luar desa.
“Keluarga menghendaki dimakamkan di sini. Kerabatnya asli Kunir, semua dimakamkan di sini. Jujur saja saya kaget sekali, pak Subekti orang baik, kok ada kabar dibunuh, “ ujarnya.
Jenazah dimakamkan saling berdekatan, namun beda liang lahat. Jenazah pasangan suami isteri, Anom dan Tri menjadi 1 liang, sedangkan 1 liang lainnya jenazah Al Fitri dan Galuh Lintang.
Hingga Jum’at dini hari (05/02), polisi masih menyelidiki kasus tersebut, untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan. (Musyafa Musa).