Perang Jargon, Ternyata Begini Maksud Dari Kata Matoh Dan Gemilang Gaess!!!
Pasangan Harno – Bayu dengan dua jargonnya. (Foto atas) Pasangan Hafidz – Hanies dengan Rembang Gemilang.
Pasangan Harno – Bayu dengan dua jargonnya. (Foto atas) Pasangan Hafidz – Hanies dengan Rembang Gemilang.

Rembang – Perang jargon atau slogan dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Rembang tak bisa dihindari, karena jargon turut meramaikan kontestasi lima tahunan ini.

Pasangan Harno – Bayu Andriyanto misalnya. Mereka mengusung jargon Pie Apike, Pie Enake dan Matoh merupakan kepanjangan Maju, Tanggap, Kokoh.

Sekretaris tim kampanye pasangan Harno – Bayu, Puji Santoso, Senin siang (07 September 2020) menjelaskan Pie Apike Pie Enake mengandung arti kebersamaan. Tiap ada masalah, diselesaikan secara musyawarah mufakat.

“Kita komunikasikan, untuk cari solusi. Nggak ada menang-menangan sendiri. Kalau sudah jadi keputusan, yuk kita laksanakan bersama, “ ujarnya.

Begitu pula dengan slogan Matoh, apabila Harno – Bayu terpilih, ingin mewujudkan pemerintahan yang tanggap dan kuat, sehingga tujuan memajukan daerah sekaligus menyejahterakan masyarakat bisa terwujud.

“Maju diharapkan Kabupaten Rembang semakin berkembang. Tanggap, kalau ada keluhan masyarakat, pemerintah punya reaksi cepat. Kokoh, Harno – Bayu ingin menciptakan pemerintahan yang kuat, “ imbuh politisi Gerindra ini.

Sementara itu di kubu Abdul Hafidz – Hanies Cholil Barro’ mengusung slogan Rembang Gemilang. Gemilang penjabaran dari Gemati, Gampil dan Gamblang. Abdul Hafidz yang saat ini masih menjabat sebagai Bupati menyebut apabila kembali mendapatkan amanah memimpin Kabupaten Rembang, akan selalu dekat dengan rakyat, dan memberikan kemudahan pelayanan.

“Kami akan selalu dekat dengan masyarakat. Gampil atau mudah, nggak perlu ribet. Gamblang, komunikasi dengan warga dan pemerintah terjalin baik. Nggak ada diskriminatif. Saya akan melindungi dan mengayomi seluruh masyarakat, “ tegas Hafidz.

Hafidz menambahkan ada 1 jargon lagi yakni Gambyak, Riang, Gembira mengandung filosofi bahwa pemilihan Bupati dan Wakil Bupati mestinya disikapi sebagai pesta demokrasi yang menyenangkan, tanpa terjadi ketegangan, apalagi bentrokan karena berbeda pilihan. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan