

Bulu – Sosok pria ini membuat saya malu luar biasa. Kenapa ? ia yang mengalami kebutaan sejak kecil, ternyata sanggup menghafalkan 30 Juz kitab suci Alqur’an. Sedangkan saya yang diberi fisik normal, masih sangat jauh untuk bisa mengejarnya.
Yahh..sosok luar biasa ini adalah Rasmito, berusia 41 tahun, warga Desa Mlatirejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Bagaimana caranya tidak bisa melihat, tapi mampu menghafalkan Alqur’an.
Rasmito mengenang dulu saat masih usia 8 tahun, masih sempat menikmati keindahan dunia. Bahkan pernah berlatih menabuh gamelan, hingga berlarian main layang-layang di pematang sawah. Tapi lama kelamaan, kondisi matanya samar-samar, kemudian gelap gulita hingga sekarang. Ia sudah tidak ingat lagi, usia berapa kala itu.
“Gangguan penglihatan, saya alami sejak kecil. Menikmati dunia sebentar, setelah itu makin gelap makin gelap, “ kenangnya.
Menginjak usia 13 tahun, dirinya sering ikut mengaji, terutama sehabis waktu Maghrib. Karena tidak bisa melihat dan belum ada kitab suci Alqur’an huruf braille, Rasmito mengandalkan pendengarannya. Ketika temannya mengaji, ayat demi ayat diingat, setelah itu sampai rumah dihafalkan. Bantuan dari sang ibu maupun guru mengajinya yang sabar membimbing, juga sangat berarti.
“Saya mendengarkan temen-teman baca. Guru mengaji membacakan, sedikit demi sedikit saya hafalkan, lha alhamdulilah kok bisa. Saya ya nggak tahu huruf Alif seperti apa, soalnya nggak pernah belajar huruf braille, “ kata Rasmito.
Kendala terasa, begitu menjumpai ayat yang sulit dihafalkan, karena cukup panjang. Apalagi terkadang muncul rasa malas. Motivasinya terlecut lagi jika mengingat tausiyah para kiai dan masayikh, sehingga mampu mengusir rasa malas yang datang menggelayuti. Selama 6 tahun berjalan, tekad kuat Rasmito akhirnya berhasil menghafalkan 30 Juz kitab suci Alqur’an, tepat pada usia 19 tahun.
“Ketika ayat-ayatnya mudah, sehari bisa hafal 1 lembar. Tapi kalau pas ayatnya panjang dan susah, paling cuma 1 halaman. Yang namanya perjuangan, kesulitan pasti ada. Tiap kali malas, saya lawan, saya lawan, akhirnya bisa sampai 30 Juz, “ bebernya.
Singkat cerita, Rasmito beberapa kali ikut lomba Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) dan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ). Ia pernah menyabet juara I tingkat Kabupaten Rembang pada cabang Tahfidz 30 Juz.
Lebih dari itu, meski menjadi penyandang disabilitas, dirinya tetap merasa sangat bersyukur banyak hikmah yang diperoleh, setelah mendalami kitab suci Alqur’an.
“Alqur’an memberikan banyak tuntunan buat kita. Mendidik anak, menasehati temen, membimbing keluarga, semua bisa diperoleh dari situ. Meski saya nggak bisa melihat, tapi saya masih bisa bernafas, masih bisa jalan. Beragam kenikmatan lain yang nggak terhitung, “ pungkasnya.
Rasmito sudah terbiasa mengumandangkan Adzan di Mushola maupun Masjid di kampungnya, Desa Mlatirejo Kecamatan Bulu. Jarak hampir 100 Meter, ia tempuh dengan berjalan kaki, tanpa bantuan siapapun. Sekali lagi saya ikut terhenyak, karena begitu kuat mata batinnya. Hafal setiap jengkal jalan, tikungan dan tangga Mushola.
Siang itu Rasmito sholat dzuhur bareng saya di Mushola. Sempat sekali terbentur pintu mobil saya, itu pun karena saat akan saya bantu, ia menolak keras. Padahal hujan turun sangat deras.
Rasmito hidup bahagia bersama isteri dan dua orang anaknya. Sehari-hari ia berjualan pulsa dari rumah. Pria bersahaja ini sebatas berharap, anak-anaknya, Diana dan Zaqi kelak bisa lebih baik darinya dalam urusan belajar, sekaligus mengamalkan ajaran kitab suci Alqur’an.
“Harapan saya mereka bisa lebih baik dari ayahnya, “ ujar Rasmito tersenyum. (Musyafa Musa).