Rembang – Pembangunan jalan lingkar kalau hanya di wilayah dalam Kota Rembang saja dianggap percuma, karena rentan memicu kesemrawutan baru pertemuan arus kendaraan yang keluar Rembang maupun keluar wilayah Lasem.
Maka Pemerintah Kabupaten Rembang tetap memperjuangkan agar jalan lingkar bisa lebih panjang, antara jalur Pantura sebelah barat Rembang, melintasi selatan Rembang, sebelah timur jembatan Kiringan Lasem, sampai daerah Tasiksono-Lasem.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Rembang, Sugiharto menjelaskan kalau hanya Rembang saja yang dibuatkan jalan lingkar, dikhawatirkan terjadi titik pertemuan lalu lintas di jalur Pantura perbatasan Rembang – Lasem. Akibatnya, wilayah Lasem akan bertambah semrawut.
“Bayangan saya antrean kendaraan di perempatan Masjid Jami’ Lasem akan mengular panjang, sehingga tujuan kita memecah arus, malah nggak tercapai. Konsep yang terus kita kawal, jalan lingkarnya ya dari Rembang sampai keluar Lasem sana, “ terangnya.
Disinggung kondisi jalan lingkar, Sugiharto menyebut berbentuk seperti huruf S. Namun secara detail, ia enggan memperinci, lantaran jangan sampai memicu spekulan tanah. Manakala harga tanah melonjak, rawan berimbas pada keberlanjutan proyek tersebut. Menurutnya, detail jalan lingkar yang tahu hanya Bupati, Wakil Bupati, Kepala DPU dan stafnya.
“Yang jelas setelah dari jembatan Kiringan itu lewatnya tambak-tambak. Kalau rincian jalur lingkar masih dalam genggaman kita. Soalnya kalau orang-orang tahu ada pembangunan, seperti kapal pecah. Spekulan bermunculan, harga pun membumbung tinggi. Bisa-bisa malah nggak jadi, “ imbuhnya.
Skema jalan lingkar saat ini masih digodok melalui detail engineering design (DED). Biaya proyek menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, sedangkan untuk pengadaan lahan kemungkinan besar Pemkab Rembang harus ikut turun tangan.
“Do’akan semoga tahun 2021 atau 2022 bisa terlaksana jalan lingkar ini, karena sudah lama ditunggu-tunggu, “ pungkas Sugiharto. (Musyafa Musa).