Sale – Buntut pasca pemilihan kepala desa (Pilkades) di Kabupaten Rembang masih saja terjadi. Kali ini ada peristiwa jalan beton di Dusun Temlokokerep Desa Tengger Kecamatan Sale dirusak warga. Diduga karena pendukung calon Kades yang kalah tidak terima, diejek pendukung calon Kades yang menang.
Di Desa Tengger, sebelumnya terdapat dua orang calon Kades, masing-masing calon Kades petahana atau incumbent, Nandim mendapatkan 646 suara. Ia dikalahkan oleh calon Kades yang baru, Mahendra Eka Saputra, dengan meraup 743 suara.
Menurut informasi yang kami kumpulkan, kala itu sebut saja N, oknum pendukung calon Kades yang kalah diejek oleh keponakannya sendiri, S, merupakan pendukung calon Kades yang menang. Merasa emosi, N merusak jalan beton sepanjang 2,5 Meter dan lebar 1,5 Meter. Sebelum dihibahkan untuk jalan, tanah itu dulunya milik N. Pembangunan jalan baru 2 bulan dan statusnya belum diserahterimakan.
Camat Sale, Subhan ketika dikonfirmasi Minggu siang (10 November 2019) membenarkan pengrusakan jalan tersebut. Informasi yang ia terima, pengrusakan dipicu rasa emosi, karena pendukung calon Kades incumbent diejek. Menurutnya, tim dari Kecamatan Sale akan turun ke Dusun Temlokokerep Desa Tengger, Senin besok (11/11).
“Babinsa sudah datang cek ke sana. Senin besok, insyaallah kita akan cek ke sana. Dana pembangunan jalan infonya dari dana desa. Jadi sesama calon nggak masalah, ini antar pendukung yang masih getem. Nggak tahu, kenapa kok malah sasarannya merusak jalan beton, “ kata Camat.
Subhan mengimbau antar calon kepala desa bisa saling bersilaturahmi, sebagai proses rekonsiliasi. Panitia Pilkades disarankan memprakarsai. Jika antar calon rukun, diharapkan merambah ke pendukung masing-masing.
“Antar calon sudah banyak yang bertemu. Di Sale, calon yang kalah menemui calon yang menang dan foto bareng. Ini bagus untuk mendamaikan calon setelah pemilihan. Tapi situasinya memang masih hangat, jadi kita menyesuaikan saja, “ imbuh Subhan.
Imbas dari pengrusakan jalan beton di Temlokokerep Desa Tengger Kecamatan Sale, mengganggu mobilitas warga sekitar. Ada 3 kepala keluarga yang terdampak secara langsung. (Musyafa Musa).
