Puter Giling, Gerakan Kaum Muda Merevitalisasi Sedekah Bumi
Ritual puter giling. (Foto atas) Aksi mural dalam rangkaian sedekah bumi di Desa Sekarsari, Kecamatan Sumber.
Ritual puter giling. (Foto atas) Aksi mural dalam rangkaian sedekah bumi di Desa Sekarsari, Kecamatan Sumber.

Sumber – Perayaan sedekah bumi di Desa Sekarsari (Sekararum), Kecamatan Sumber tahun ini terasa beda. Pasalnya, kalangan pemuda setempat yang tergabung dalam SKRM Squad bersama masyarakat, mengemas kegiatan sedekah bumi melalui balutan seni budaya yang lebih menggigit.

Mereka menyebutnya dengan jargon “Puter Giling”, sebagai revitalisasi sedekah bumi, agar tak sekedar menjadi tradisi. Dipilihnya kata Puter Giling, berawal dari keprihatinan banyaknya warga Desa Sekarsari yang bekerja keluar daerah. Puter Giling ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kaum perantauan pulang ke kampung halaman. Minimal tilik atau menjenguk kampungnya, menyemai rasa cinta pada tanah kelahiran. Syukur-syukur bisa turut memberikan kontribusi bagi perkembangan desa kedepan.

Ahdiat Galih Setyanugraha, ketua panitia kegiatan menuturkan ritual Puter Giling ini berlangsung sekira 1 Minggu. Pihaknya ingin sedekah bumi yang mulai turun pamor, mampu dibangkitkan lagi sesuai esensinya.

“Sering kali tiap warga ditanya kenapa harus menggelar sedekah bumi, tanpa tahu esensi sedekah bumi itu apa. Nah, makanya kita ingin melakukan revitalisasi, tanpa meninggalkan tradisi yang sudah ada sebelumnya, “ kata Ahdiat.

Ahdiat berharap melalui serangkaian acara tersebut, warga Desa Sekarsari yang berada di luar daerah, tertarik untuk pulang.

“Hari-hari ini di kota ini, semakin banyak warga kurang bergairah hidup di tempat tinggal asal. Mulai karena motif ekonomi hingga motif asmara. Pergi meninggalkan kampung dan hidup di luar sana. Penginnya lewat Puter Giling bisa menarik kembali ke sini. Minimal sekedar tilik kampung, “ imbuhnya.

Ritual Puter Giling dimulai tanggal 05 Juli dan dijadwalkan berakhir tanggal 11 Juli 2019. Banyak kegiatan digelar, semisal tanggal 06 Juli malam berlangsung wayang tenda dan teater, 07 Juli malam keroncong muda, 8 Juli malam teater, 10 Juli sore barongan gogor mustiko, dan pentas seni. Puncaknya tanggal 11 Juli diadakan arak-arakan hasil bumi, seni tayub, barongan dan kethoprak. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan