

Kaliori – Para petambak bandeng di Kecamatan Kaliori masih was – was dengan adanya kemungkinan banjir susulan. Padahal mereka saat ini sudah menanggung kerugian besar, pasca banjir pertama.
Nawawi, petambak bandeng di Desa Purworejo Kecamatan Kaliori mengaku datangnya banjir pada malam hingga dini hari, sempat menyulitkan pantauan.
Begitu pagi tiba, petambak sudah berusaha meninggikan tanggul. Tapi tanggul tetap tidak mampu menahan, lantaran besarnya banjir. Ia mencontohkan dirinya menebar 32 ribu ekor bandeng di tambak sebelah selatan jalur Pantura, perkiraan sebagian besar hilang tersapu banjir.
Bahkan karena mengkhawatirkan, pihaknya harus memasang anyaman bambu dan kain terpal, guna melindungi tambak bandeng di sebelah utara jalan, agar tidak ikut – ikutan bobol.
“Saat tambak selatan jalan berubah seperti hamparan laut, kita mikirnya langsung ke tambak yang di utara jalan. Pemilik – pemilik tambak tak gerakkkan. Tanggul yang deket aliran sungai, dipasangi anyaman bambu sama kain terpal. Alhamdulilah, air nggak sampai membanjiri tambak utara jalan, “ jelasnya.
Lalu berapa estimasi kerugiannya ? Nawawi menyebutkan bandeng yang terseret banjir, kurang sebulan lagi siap panen. Artinya, kalau dibandrol harga ikan ukuran sedang, rata – rata laku Rp 18 ribu per Kg. Sedangkan kemungkinan panen sebanyak 3 ton. Total kerugian ditaksir Rp 54 Juta.
“Kalau harga bibitnya sich murah mas. Seribu ekor hanya Rp 70 ribu. Cuman yang kena banjir kan umur 4 bulanan, sudah lumayan ukuran bandengnya. Kalau yang sudah besar malah bisa laku Rp 22 ribu per Kg, “ imbuh Nawawi.
Karena banjir meluas mulai tambak Desa Banyudono, Purworejo, Tasikharjo dan Dresi Wetan, diperkirakan kerugian petambak menembus miliaran rupiah. Banjir di lokasi ini, sering kali dipengaruhi luapan air dari 2 embung, yakni Embung Sudo Sulang dan Embung Grawan Kecamatan Sumber. Petambak kini sebatas berdo’a, tak ada banjir susulan, agar dapat memanen ikan bandeng yang tersisa. (MJ – 81).