Satu-Satunya, Si Raja Pantun Yang Tetap Setia Dengan Kertas Atensi
Pansunyoto menunjukkan kertas atensi, saat keluar dari Studio R2B Rembang.
Pansunyoto menunjukkan kertas atensi, saat keluar dari Studio R2B Rembang.

Rembang – Di tengah perkembangan teknologi begitu cepat, ternyata masih saja ada warga pecinta radio yang memanfaatkan cara-cara tradisional untuk berkirim salam dengan rekan-rekannya sesama pendengar radio.

Yah..dia adalah Pansunyoto, Si Raja Pantun dari Dusun Nganguk Desa Gunungsari Kecamatan Kaliori.

Pansunyoto yang sekarang berusia 68 tahun tersebut, mengaku sejak remaja sudah cinta mendengarkan siaran radio, terutama seni Tayub. Bahkan saat sibuk beraktivitas pun, radio selalu berada di dekatnya.

Ia mendapatkan julukan Raja Pantun, karena rutin mengirimkan pantun-pantun, agar dibacakan penyiar program acara tayub.

Yang menarik, Pansunyoto tidak mengirim pantun melalui layanan sms, telefon atau WhatsApp studio radio. Tapi masih dengan kertas atensi.

Pansunyoto mencontohkan kalau di Radio R2B Rembang, kertas atensi semacam itu dinamakan bingkisan antar sahabat (BAS).

“Mungkin saya saja yang masih pakai kertas atensi. Saya datang beli, setelah pulang baru diisi, “ ujarnya dengan bahasa Jawa.

Biasanya kalau menulis kertas atensi, dirinya dibantu oleh sang cucu.

“Saya nggak nulis sendiri, tapi yang nulis cucu saya yang kelas 5 SD, “ kata Pansunyoto.

Ia memang tidak menggunakan HP seperti fans radio pada umumnya, karena faktor usia.

“Nggak pakai HP, sudah tua mas, matanya rodo blereng kalau ngetik, “ ungkapnya.

Pansunyoto menambahkan ketika berkirim kertas atensi, selalu naik sepeda onthel tua kesayangannya. Tak hanya menyambangi studio radio di Kota Rembang saja, tapi juga ngonthel sampai ke Pati dan Blora.

“Itung-itung buat olahraga. Dari membuat pantun, kenalan saya banyak di sana-sana, “ beber Pansunyoto.

Anak cucu beserta keluarga, tak pernah mempermasalahkan hobi uniknya terhadap dunia siaran radio. Mereka mau memahami hal itu sebagai bagian gaya hidup, yang mungkin akan terus bertahan sampai kelak tak kuat ngonthel lagi.

“Buat hiburan. Tuku blangkon ne pasar Pati, gawe guyon kangge ngibur ati, “ pungkasnya menutup dengan pantun. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan