Juwana – Warung angkringan Mbak Dewi yang berada di Desa Kebonsawahan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, sempat viral di media sosial, karena warung ambrol ketika banyak remaja yang ngopi di siang bolong, saat bulan suci Ramadhan.
Pengunjung pun tercebur ke dalam saluran air, bahkan sebagian diantaranya belepotan air got berwarna hitam pekat. Warung yang berada di depan SMK Bina Tunas Bakti Juwana atau sebelah barat Balai Desa Kebonsawahan itu, sontak menjadi perhatian masyarakat.
Pemilik warung, Dewi menceritakan peristiwa tak terduga itu terjadi pada hari Kamis (29 April 2021) sekira pukul 10.00 Wib. Semula hanya ada 3 orang pelajar yang sedang PKL, kemudian bertambah menjadi 9 orang. Saat akan membayar usai makan dan ngopi, mereka sempat komunikasi dengan rekan-rekannya melalui telefon. Tak berselang lama, tiba rombongan berikutnya dan masuk bersama-sama ke dalam warung.
“Jadi datangnya bertahap mas, “ tuturnya.
Ia memperkirakan 20 an orang dalam 1 titik di sebelah kanan warung. Tak kuat menahan beban berat, dasar warung yang terbuat dari kayu dan potongan bambu akhirnya ambrol.
Ada 10 an orang pengunjung terjerembab masuk ke dalam saluran air. Bahkan ada yang sekujur tubuhnya tertutup hitam pekat air got.
Dewi sendiri tidak sampai tercebur, karena berada di sebelah kiri warung. Usai kejadian, tawa pengunjung warung seketika langsung pecah. Rekaman video amatir berdurasi 29 detik yang dibagikan melalui media sosial, viral.
Beragam komentar kocak bermunculan, karena kejadian tersebut bersamaan dengan bulan puasa.
“Saya sendiri nggak mengira, kok pengunjung warung tambah ramai gini, “ imbuhnya.
Dewi mengaku sudah 6 tahun terakhir membuka warung. Namun untuk posisi warung yang ambrol, baru ditempati 1 tahun ini, usai relokasi. Setelah mengalami kerusakan, Dewi melakukan bersih-bersih dan memperbaiki warungnya.
Untuk membeli kayu habis Rp 7 Juta. Kemungkinan total biaya keseluruhan sekira Rp 10 Juta. Ia menanggung sendiri biaya tersebut. Sempat ada yang ingin membantu, terutama dari anak-anak pelajar pengunjung warung. Namun dirinya menolak, karena tidak ingin merepotkan orang lain.
“Ya biar warung jadi lebih kuat. Nanti kalau terlalu banyak orang, sebisa mungkin dibatasi. Agak trauma juga soalnya, “ kata Dewi.
Dewi tetap bersyukur dibalik musibah itu, tidak sampai mengakibatkan korban luka maupun korban jiwa. Ia sebatas memohon do’anya saja, setelah warung buka lagi, nantinya akan mendapatkan kelancaran dan kemudahan dalam berjualan. (Musyafa Musa).