Berbagai Peristiwa Dibalik Kekalahan PSIR, Untuk Bahan Perenungan
Pemain PSIR Rembang melancarkan protes terhadap gol kedua Semen Padang. (gambar atas) Massa suporter PSIR berada di depan Stadion Krida, Sabtu petang.
Pemain PSIR Rembang melancarkan protes terkait gol kedua Semen Padang. (gambar atas) Massa suporter PSIR berada di depan Stadion Krida, Sabtu petang.

Rembang – PSIR Rembang kembali menelan kekalahan saat bertanding melawan Semen Padang di Stadion Krida Rembang, Sabtu sore (28 April 2018).

Dalam lanjutan Liga 2 tersebut berakhir dengan skor 2 – 1, untuk kemenangan Semen Padang. Sebelumnya, tuan rumah PSIR unggul lebih dulu melalui gol yang dicetak Rudi Santoso pada menit ke 6. Gol sangat cantik itu dihasilkan lewat tendangan bebas dari luar kotak penalti. Bola menghujam ke sisi kiri gawang Semen Padang yang dijaga Rendy Oscario. Babak pertama, skor sementara 1 – 0.

Memasuki babak kedua, skuad Semen Padang meningkatkan tensi permainan. Hasilnya, pada menit 62, pemain depan Semen Padang, Mardiono mencetak gol dengan sundulan kepala. Kemudian disusul gol kedua yang dilesakkan oleh Afriansyah, menit 90, mendekati pertandingan usai.

Gol kedua ini diprotes keras pemain PSIR. Mereka menganggap bola sudah dipegang kiper PSIR, Okta Wahyu, kemudian diserobot Afriansyah. Ia dengan mudah mendorong bola masuk ke gawang yang sudah kosong mlompong. Namun wasit Iwan Buana dari Pasuruan, Jawa Timur tetap mengesahkan gol tersebut.

Begitu pertandingan usai, sontak wasit menjadi sasaran pengeroyokan, hingga akhirnya berhasil diamankan menuju kamar ganti oleh gabungan TNI/Polri.

Pelatih Semen Padang, Syafrianto Rusli mengaku puas terhadap hasil pertandingan. Ia menanggapi emosi dari kubu tuan rumah wajar, meski tetap saja tidak sesuai dengan regulasi kompetisi.

“Alhamdulilah kita bisa cetak 2 gol. Kedua tim mainnya bagus kok. Terkait kami masih tertahan di stadion seperti ini setelah pertandingan, kalau bicara dengan regulasi PSSI ya tentu nggak boleh. Kami serahkan semua pada aparat keamanan, ngikut aja, “ jelas Syafrianto.

Pelatih PSIR Rembang, Uston Nawawi enggan mengomentari kepemimpinan wasit. Ia memastikan siap bertanggung jawab atas dua kali kekalahan PSIR.

“Babak pertama dan kedua pola hampir sama, ya masalah konsentrasi saja. Target kita di kandang tetap 3 poin, ternyata belum tercapai. Saya kira wajar suporter menginginkan yang terbaik, saya siap bertanggung jawab. Jadi pelatih, sudah resiko, “ ungkap Uston.

Dalam pertandingan Sabtu sore, sejumlah pemain PSIR juga kedapatan melarang wartawan mengambil gambar, ketika terjadi kericuhan. Bahkan kamera seorang wartawan televisi, Sarman Wibowo dirampas pemain. Hampir 1 jam baru dikembalikan, ternyata kondisi kamera sudah rusak dan tidak bisa dibuka kartu memorinya.

Sarman Wibowo mengatakan Manajer PSIR, Wiwin Winarto dan sejumlah pemain PSIR, Sabtu malam datang ke rumahnya di Kedungdoro, depan Stadion Krida, guna meminta maaf atas insiden itu. Pemain mengaku khilaf, karena emosi sesaat. Sarman juga mendesak penggantian kameranya yang rusak.

“Intinya sudah diselesaikan secara musyawarah. Manajemen PSIR menyanggupi mengganti kamera saya yang rusak, “ ujar Sarman.

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Rembang, Djamal A. Garhan mengingatkan mengahalangi kerja wartawan adalah pelanggaran hukum. Apalagi sampai mengancam dan merusak sarana liputan. Ia menekankan kejadian serupa tidak boleh terulang kembali. Lebih – lebih PSIR juga membutuhkan peran wartawan, untuk memenuhi kewajiban konferensi pers sebelum maupun sesudah pertandingan, selama kompetisi Liga 2.

“Ini pelajaran berharga untuk kita semua. Publik cinta PSIR, jangan sampai emosi sesaat malah merugikan PSIR. Wartawan menjalankan tugas untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Pemain juga berjuang demi prestasi PSIR. Mari sama – sama saling menghormati, biar PSSI tidak menjatuhkan sanksi berat kepada PSIR, ” tandasnya. (MJ – 81).

News Reporter

Tinggalkan Balasan