
Sale – SMP N I Sale mempunyai cara menarik, guna mengantisipasi genangan air di lingkungan sekolah.
Langkah tersebut, untuk persiapan menghadapi musim penghujan tiba, sekaligus penilaian sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten bulan Oktober ini.
Kepala SMP N I Sale, Jasmani menjelaskan strategi pembuatan resapan biopori, belakangan ini digencarkan oleh para siswanya.
Ia memperinci pipa sepanjang 1 Meter dimasukkan ke dalam tanah, kemudian diberi sampah organik berupa daun-daun kering. Hal itu supaya air hujan nantinya cepat meresap.
Setelah waktu 45 hari, sampah organik akan berubah menjadi pupuk kompos yang akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
“Daun kering yang umumnya dibakar atau dibiarkan berserakan, kita olah jadi pupuk kompos dan dikombinasikan dengan biopori, biar pemanfaatan sampah lebih berguna,” kata Jasmani, Jum’at (06/10).
Pihaknya memasang 10 titik resapan biopori. Selain itu, ada bantuan dari SMP N I Lasem sebagai sekolah Adiwiyata Mandiri Nasional, yang ikut mendukung sebanyak 8 titik biopori.
“Kira-kira tanggal 17 Oktober ini akan ada kunjungan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang ke sekolah kami. Salah satu inovasi kita adalah membuat resapan biopori,” terangnya.
Jasmani membenarkan curah hujan di Kecamatan Sale cukup tinggi, ketika musim penghujan.
Maka pemasangan pipa resapan biopori menyesuaikan titik-titik rawan genangan air, seperti di bawah pohon, taman-taman depan kelas dan pojok saluran drainase.
“Kita amati genangan air sering terjadi saat hujan deras di area tersebut. Dengan pemasangan biopori ini, semoga manfaatnya bisa langsung kita rasakan pada musim penghujan nanti,” imbuhnya.
Jika tahun ini lolos menjadi sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten, ia berharap akan naik pada tingkat Provinsi Jawa Tengah.
“Ada jeda waktu 2 tahun. Jadi kalau lolos tahun ini, kita bisa ikut penilaian Adiwiyata provinsi pada tahun 2025 mendatang,” beber Jasmani.
Menurutnya, untuk dinobatkan sebagai sekolah Adiwiyata, cukup banyak yang harus disiapkan.
Ia mencontohkan sekolah harus menerapkan konservasi energi, konservasi air, penanaman pohon dan pembibitan, penerapan perilaku ramah lingkungan hidup (PRLH) hingga memantapkan jejaring sosial.
“Tentu tidak hanya didukung 402 siswa dan guru di sekolah kami, tapi kita juga harus berkolaborasi dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak lain di luar sekolah,” pungkasnya. (Musyafa Musa).

