
Sedan – Hati-hati dengan makanan cepat saji, karena rawan mengganggu kesehatan reproduksi remaja dan berpotensi memicu sejumlah penyakit berbahaya, seperti kista dan kanker serviks.
Masalah tersebut menjadi perhatian serius Lembaga Pendidikan Islam Tuhfatush Shibyan Desa Sidorejo Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang, sebuah lembaga yang menaungi jenjang sekolah RA, MI, MTS, MA dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM (pendidikan kesetaraan).
Hari Selasa (02 Desember 2025) di Aula sekolah setempat, Yayasan Tuhfatush Shibyan bekerja sama dengan Puskesmas Sedan menggelar sosialisasi reproduksi remaja, terkait kebiasaan makan makanan cepat saji.
Kepala PKBM Tuhfatush Shibyan Sidorejo Sedan, Chusnun Niam mewakili pihak panitia berharap melalui kegiatan itu, para santri terutama santri wanita, akan semakin menyadari pentingnya menghindari makanan cepat saji, untuk menjaga kesehatan.
“Sudah banyak kasus masih anak-anak atau baru menginjak remaja, sudah terkena penyakit berbahaya, karena kebiasaan makan makanan cepat saji. Kita ingin memberikan wawasan kepada para santri, supaya ini menjadi gerakan kesadaran bersama,” tandasnya.
Selain kampanye stop konsumsi makanan cepat saji, pihaknya juga mendatangkan narasumber dari Kantor Urusan Agama (KUA) Sedan, secara khusus menyampaikan masalah pencegahan pernikahan dini.
Ia mengamati ketika santriwati dijodohkan oleh orang tuanya atau sudah memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, rata-rata cenderung tidak fokus menyelesaikan pendidikan.
“Kita ingatkan maksimalkan masa muda untuk menimba ilmu. Begitu pula orang tua, mohon jangan terburu-buru mencarikan jodoh anaknya. Biarkan mereka fokus belajar, syukur-syukur terus didorong mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya,” imbuh Niam.
Selama kegiatan berlangsung, siswa tampak aktif menanyakan berbagai hal kepada pemateri. Mulai tentang pantangan makanan ketika menstruasi, hingga berapa umur ideal saat hamil.
“Bu, kalau sebulan menstruasi dua kali periode, itu wajar apa nggak ya,” tanya seorang siswi.
Di Lembaga Pendidikan Islam Tuhfatush Shibyan sendiri termasuk menarik, karena siswa sekolah ini tidak hanya berasal dari Kabupaten Rembang. Tetapi lintas provinsi, bahkan ada pula dari Pulau Sumatera dan Sulawesi.
Hal itu, karena kakek nenek atau orang tua siswa asli dari Kecamatan Sedan, kemudian merantau/transmigrasi ke berbagai daerah.
Lantaran ingin pendidikan agama dan formal bisa berjalan beriringan, anak-anak mereka dikirim kembali ke Kecamatan Sedan, untuk menimba ilmu.
“Ada dari Jambi, Lampung, Kolaka Utara. Kalau jumlah siswa secara keseluruhan, mencapai 2.100 siswa. Untuk PKBM jumlahnya 1.030 an. Alhamdulilah, masyarakat yang mengetahui kinerja kami, mempercayakan anak-anaknya belajar di sini. Ya ngaji di pondok, ya mendapatkan legalitas pendidikan formal maupun kesetaraan,” pungkasnya. (Musyafa Musa).

