

Sulang – Suami meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, kemudian disusul rumahnya rusak akibat bencana tanah gerak.
Kondisi memprihatinkan itulah yang dirasakan Ratmi, wanita berusia 50 tahun, warga Dusun Kedunglowo Desa Landoh Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang.
Ratmi dengan bekal seadanya dan bantuan masyarakat sekitar, akhirnya bisa pindah ke lokasi lain, karena jika terus bertahan di tempat yang lama, rumahnya akan ambruk.
“Bulan Februari 2024 pindah mas, agak jauh dari kampung, tapi masih ikut Dusun Kedunglowo. Yang penting aman dari bencana,” tuturnya dengan bahasa Jawa.
Karena lokasi baru di pinggir sawah dan jauh dari pusat permukiman warga, tiap menjelang malam, ia langsung menutup pintu rumahnya, karena khawatir ada orang gila masuk. Soal gangguan ular, menurut Ratmi sudah biasa.
“Kalau ular walah sehari kemarin sudah nggak keitung, lha wong rumahnya di sawah seperti ini,” kata Ratmi.
Ia sempat mendengar korban bencana tanah gerak di Dusun Kedunglowo akan menerima bantuan dari pemerintah. Tapi kalau bentuknya material bahan bangunan, Ratmi merasa keberatan, lantaran tidak punya biaya untuk membayar tukang.
“Karepe kulo nggeh boten purun (ndak mau), buat bayar tukang keberatan. Apalagi rumah saya juga sudah berdiri, meski masih jelek, ndak apa-apa, yang penting bisa untuk berteduh,” imbuhnya.
Untuk sehari-hari, Ratmi berprofesi sebagai buruh tani. Itu pun kalau ada peluang kerja.
“Kalau tidak, nggeh nganggur,” ungkapnya.
Suaminya sudah 4 tahun lalu meninggal dunia kecelakaan lalu lintas di Mbesi Jalan Rembang – Blora, gara-gara menghindari sepeda onthel.
Kala itu menelan biaya perawatan cukup besar dan tidak mendapatkan santunan asuransi Jasa Raharja.
“Kalau ingat kejadian itu ya sedih, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Ratmi lirih.
Ratmi yang memiliki seorang anak kelas 3 SMP, kini hidup seadanya. Ia bersyukur masih mendapatkan berkah kesehatan, sehingga bisa menapaki masa depan bersama buah hatinya.
“Semoga ada hari esok yang lebih baik,” pungkasnya. (Musyafa Musa).