Rembang – Intensitas pemakaian traktor untuk membajak sawah semakin meningkat, seiring dengan tingginya curah hujan, belakangan ini.
Dampaknya, pembelian solar bersubsidi bahan bakar traktor juga terus bertambah.
Yulianto, seorang pemilik traktor di Dusun Gundi Desa Kedungrejo Rembang mengatakan untuk membeli BBM subsidi harus mengantongi surat keterangan dari pemerintah desa.
Surat keterangan tersebut berisi penegasan bahwa pembelian BBM untuk operasional traktor, bukan dijual kembali.
“Saya sudah ngurus surat keterangan dari desa mas,” ungkapnya, Jum’at (02 Februari 2024).
Surat keterangan kemudian disinkronkan dengan barcode petugas SPBU, supaya tidak ada kendala.
“Begitu datang ke SPBU, tinggal menunjukkan surat keterangan dan bisa klop, alhamdulillah lancar. Tapi kalau beli nggak bawa surat ya nggak bisa,” imbuh Yulianto.
Solar subsidi di SPBU menjadi pilihan utama, agar memperoleh harga lebih murah, ketimbang membeli di tingkat pengecer.
“Di Pom 20 liter Rp 140 Ribuan, kalau di eceran 10 liter sudah Rp 90 Ribu. Terpautnya kan jauh, jadi gimana caranya bisa beli di pom,” terangnya.
Operator traktor juga harus bergerak cepat mengejar waktu mengolah lahan, ketika genangan air masih banyak.
Ia beralasan kalau air sudah surut, proses pengolahan lahan akan memakan waktu lebih lama.
“Cepat lambatnya nraktor, tergantung ada rumputnya banyak atau nggak. Ada airnya apa nggak. Kalau air cukup, paling 2 petak ukuran sedang, dua setengah jam selesai,” imbuhnya.
Tak jarang ia bersama rekannya menraktor sawah hingga larut malam, semata-mata karena menyesuaikan dengan ketersediaan air di lahan tersebut. (Musyafa Musa).