Dua Masalah Menghadang Petani Di Sentra Bawang Merah
Petani bawang merah, Yanuri menunjukkan daun tanaman yang terserang hama ulat. (Foto atas) Hamparan bawang merah di Desa Jatihadi Kecamatan Sumber.
Petani bawang merah, Yanuri menunjukkan daun tanaman yang terserang hama ulat. (Foto atas) Hamparan bawang merah di Desa Jatihadi Kecamatan Sumber.

Sumber – Hama ulat mengkhawatirkan para petani di sentra bawang merah Desa Jatihadi Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, belakangan ini.

Yanuri, seorang petani warga Desa Jatihadi Kecamatan Sumber menuturkan curah hujan masih rendah. Kondisi cuaca tersebut diduga memicu banyaknya hama ulat.

“Kami menyebutnya klaper. Klaper yang menempel di daun, kemudian bertelur, setelah itu jadi ulat. Kalau hujan masih jarang ya begini ini,” tuturnya, Senin (15 Januari 2024).

Petani terpaksa harus meningkatkan penyemprotan, bahkan bisa sehari dua kali, pagi dan sore. Hal itu untuk menjaga supaya hasil panen tetap baik.

Selain penyemprotan, petani juga melakukan cara-cara manual, dengan mematikan telur ulat dari daun.

“Diputhesi pakai tangan, kita matikan,” imbuhnya.

Menurutnya kalau curah hujan tinggi, hama ulat cenderung akan sangat minim.

“Nyemprot terus ini mas, kalau nggak gitu, ya kalah. Daun habis, hasilnya nggak maksimal,” kata Yanuri.

Yanuri menambahkan harga bawang merah saat ini anjlok. Dari semula Rp 28 Ribu kini menjadi kisaran Rp 15 Ribu per Kg.

Hasil panen bawang merah dari Desa Jatihadi sudah menembus pasar-pasar besar di Pulau Jawa, seperti Pasar Johar Semarang maupun Pasar Kramatjati Jakarta.

“Turunnya ini banyak sekali, murah banget sekarang,” pungkasnya.

Meski menghadapi tantangan hama dan merosotnya harga, namun para petani di sentra bawang merah tetap semangat merawat tanaman mereka. Untuk bisa panen, bawang merah butuh waktu sekira 2 bulan. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan