Bukti Nyata Di Dalor, Pihak Desa Pamotan Siap Kembangkan Ke Dusun Lain
Kepala Desa Pamotan, A. Maskur Rukhani berada di kandang ternak BUMDes yang akan menjadi sasaran pengembangan Biogas.
Kepala Desa Pamotan, A. Maskur Rukhani berada di kandang ternak BUMDes yang akan menjadi sasaran pengembangan Biogas.

Pamotan – Setelah manfaat Biogas di Dusun Dalor Desa Pamotan Kecamatan Pamotan terbukti membuahkan hasil yang bagus, pemerintah desa Pamotan kedepan semakin bersemangat untuk mengembangkan Biogas dari kotoran ternak.

Kepala Desa Pamotan, A. Maskur Rukhani menuturkan Biogas di Dusun Dalor bersumber dari kotoran 5 ekor ternak sapi.

Kemudian dialirkan ke 11 rumah warga. Tiap KK hanya membayar Rp 25 Ribu per bulan. Mereka mendapatkan manfaat kompor gas tanpa batasan (unlimited) dan 1 buah lampu.

“Instalasinya bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, waktu pak Ganjar masih jadi Gubernur dulu. Warga bebas menggunakan kompor gas untuk memasak. Bahkan saat ada yang punya kerja dipakai, nyatanya lancar-lancar saja,” ungkapnya, Jum’at (29/12).

Karena dianggap lebih murah, belakangan warga sekitar lokasi tertarik ingin menyalur. Apalagi setelah kesulitan membeli gas elpiji subsidi 3 Kg, karena stok barang terbatas.

“Ketertarikan warga untuk menyalur banyak. Makanya saya tawarkan bagaimana dana desa juga dipakai untuk memperluas jaringan Biogas ini. Kita ingin Pamotan menjadi desa mandiri gas,” terang Kades yang akrab disapa Aang tersebut.

Mantan anggota DPRD Rembang ini menimpali pihaknya sudah merancang perluasan Biogas ke dusun lain.

Kali ini konsepnya mengoptimalkan keberadaan kandang ternak kambing yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Selain menyalurkan Biogas ke sekira 30 – 50 rumah warga, BUMDes juga didorong memanfaatkan kotoran ternak untuk produksi pupuk kompos. Setelah itu, dijual ke toko-toko maupun tempat usaha budidaya tanaman.

“Selama ini kan mereka bingung juga kalau mau buang kotoran ternak. Yang berpotensi untuk kompos, rata-rata 10 sak per hari, lumayan. Nanti akan kita kemas dengan packaging yang bagus, di sisi lain pangsa pasarnya terbuka lebar,” imbuhnya.

Supaya ada percepatan, pengurus PKK akan dilibatkan langsung, untuk menyerap pupuk kompos ini melalui program budidaya tanaman Anggrek.

“Jadi Biogas dimanfaatkan untuk keperluan memasak, bekas kotorannya juga dipakai pupuk kompos. Larinya ke usaha Anggrek. Sudah ada rintisan Anggrek, tinggal kita fasilitasi agar lebih berkembang lagi. Tujuan akhirnya untuk meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat,” pungkas Aang. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan