Assalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta & Jeddah – Seusai dua hari mendapatkan bekal bimbingan teknis (Bimtek) petugas haji oleh Kementerian Agama melalui sistem daring, menjelang akhir bulan Mei 2023 saya berangkat dari depan Masjid Agung Rembang sekira pukul 22.00 Wib, menuju Jakarta dengan perjalanan darat.
Di salah satu hotel di Jakarta inilah, para petugas haji memperoleh bimbingan teknis tatap muka, sekaligus pembagian koper dan seragam.
“Koper dapat 2 warna kuning, 1 besar dan 1 kecil, kemudian tas punggung dan tas kecil slempang. Untuk seragam ada 3 baju identitas warna putih. Celana warna hitam, kebanyakan petugas sudah bawa sendiri. Selain itu, dapat pula rompi hitam bertuliskan Petugas Haji Indonesia. Pesan saya, kesehatan dijaga betul,” kata seorang pegawai Kemenag RI ketika proses penyerahan.
Pada gelombang rombongan ini, terdapat sekira 150 an orang petugas, diploting sebagai Layanan Jemaah Lansia.
Begitu bimbingan teknis selesai, kami bergegas melakukan persiapan di kamar hotel, termasuk memindahkan semua bekal barang bawaan ke dalam koper. Selanjutnya kita langsung menuju Bandara Soekarno Hatta.
Tepat tanggal 01 Juni 2023 pukul 19.05 Wib, dengan menggunakan pesawat maskapai Saudi Arabian Airlines, saya bersama petugas haji lainnya bertolak ke tanah suci. Di dalam pesawat, kita bercampur dengan penumpang umum. Penerbangan memakan waktu 9 jam 25 menit.
“Meskipun di pesawat sudah dikasih makan dan minum, sebaiknya bawa bekal sendiri, untuk antisipasi kalau-kalau nggak cocok menunya. Rentang waktu penerbangan cukup lama soalnya. Untuk mengusir kejenuhan, saya lihat film-film action dari layar di depan kursi,” cerita seorang rekan sesama Petugas Haji.
Kira-kira pukul 04.30 Wib atau pukul 00.30 waktu Arab Saudi, akhirnya pesawat mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Oh..ya waktu antara Indonesia bagian barat dengan tanah suci, terpaut 4 jam lebih lambat.
Kalau di Indonesia bagian barat jam setengah 5 pagi dini hari, di Arab Saudi lebih lambat 4 jam, jadinya jam setengah 1 dini hari.
“Alhamdulillah, akhirnya sampai,” ucapku tersenyum.
Karena infrastruktur di Bandara King Abdul Aziz tergolong istimewa, keluar pesawat, berjalan kaki sebentar, kemudian diarahkan naik kereta cepat menuju loket pemeriksaan dan pengambilan barang.
Lantaran dokumen paspor, visa dan vaksinasi meningitis sudah siap, proses pemeriksaan berjalan lancar. Yang menyedot waktu agak lama, pemindaian sidik jari.
Waktu itu ada seorang rekan pria petugas haji yang berulang kali dipindai jari tangannya, tapi tidak terdeteksi. Karena kasihan, saya mengajak seorang rekan untuk menunggu dari kejauhan di dekat pintu keluar. Lebih dari setengah jam, masih belum berhasil.
“Rasa bingung, tegang, khawatir tetap ada. Apalagi ia satu-satunya yang masih tertahan di dalam (bandara). Takut kalau ditolak, gara-gara sidik jari. Kita ikut telefon menghubungi petugas Kemenag, supaya dari Daerah Kerja (Daker) Mekkah bisa bantu menyelesaikan masalah ini,” ujar kawan agak gelisah.
Saya menduga, kendala bahasa antara petugas haji dengan petugas bandara, turut berpengaruh. Lama menanti, kemudian diberikan solusi semacam surat keterangan tambahan untuk petugas haji tersebut, karena sidik jarinya gagal terpindai.
Lega juga, melihat dia akhirnya bisa keluar, LOLOS dari loket pemeriksaan.
Nah..perjalanan dari bandara menuju Masjidil Haram akan tersaji pada tulisan berikutnya. Di sinilah tetesan air mata, mulai terasa. (Musyafa Musa).
Wassalamualaikum Wr. Wb.