

Rembang – Penjualan telur oplosan yang sudah tidak layak konsumsi, harus diwaspadai masyarakat.
Mida Apriyanti, seorang ibu rumah tangga di Rembang mengaku sempat membeli telur dalam plastik yang sudah dikemas tiap 0,5 Kg (8 butir).
Setelah sampai rumah, baru dibuka dan ternyata ada 1 butir telur oplosan yang tidak layak konsumsi. Selain baunya busuk, bentuk cangkang telur juga sudah dimodifikasi.
“Perkiraan saya telur itu pecah, kemudian ditambal dengan pecahan cangkang lainnya. Saya beli dari salah satu lapak di Pasar Rembang, nggak tahu itu ulah pedagang atau dari pemasoknya, nggak mau nuduh. Saya buru-buru, jadi asal ambil telur kemasan dalam plastik, “ ungkapnya, Senin (04/09).
Lantaran tidak layak, Mida kemudian membuang telur tersebut. Kedepan kalau membeli telur lagi, ia akan memilih satu per satu.
“Ya saya buang, takutnya kalau dikonsumsi malah mengakibatkan penyakit. Lain waktu ya lebih waspada saja, lebih baik nggak di dalam kemasan, tapi milih sendiri, baru dimasukkan plastik, “ imbuh Mida.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten Rembang, M. Mahfudz mengungkapkan pihaknya akan mengecek, sekaligus mengajak para pedagang untuk menghindari cara-cara tidak baik seperti itu.
“Coba kami cek, paling-paling kami hanya bisa mengimbau saja mas. Kalau sudah seperti itu kan akhirnya timbul kerugian konsumen, “ terangnya.
Menurut Mahfudz, harga telur saat ini normal, pada kisaran Rp 26.000 per Kg.
“Harga tidak meningkat tajam, barangkali ini perilaku untuk menghindari kerugian. Telur yang kurang layak dimasukkan ke kemasan-kemasan plastik itu, dicampur dengan telur yang bagus, “ tandas Mahfudz.
Mahfudz juga mengingatkan masyarakat teliti dalam membeli. Jika suatu saat menemukan telur oplosan lagi, instansinya siap menerima laporan.
“Tunjukkan siapa pedagangnya, lokasi di mana, biar kita klarifikasi, untuk perbaikan kedepan, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).