Pengalaman Pertama, Cerita Menegangkan Petugas Medis
Tenaga medis memberikan pertolongan kepada atlet Muay Thai di ajang Porprov Jawa Tengah, baru-baru ini.
Tenaga medis memberikan pertolongan kepada atlet Muay Thai di ajang Porprov Jawa Tengah, baru-baru ini.

Rembang – Sejumlah tenaga medis mengisahkan pengalaman menegangkan, selama bertugas di arena pertandingan Muay Thai Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Tengah di Gedung Balai Kartini Rembang.

Pembantu Letnan Dua (Pelda) Warko salah satunya. Ia yang merupakan kepala klinik kesehatan Kodim Rembang tersebut mengaku baru kali pertama mengawal cabang olahraga Muay Thai.

Menurutnya, hampir di setiap laga rawan atlet cidera, karena pertarungan sengit di atas ring.

“Maklum, karena Muay Thai ini kan olahraga full body contact. Di sini sifatnya penanganan pertama. Kalau 5 menit nggak bisa, langsung evakuasi ke rumah sakit, “ tuturnya.

Warko membenarkan selama babak semi final, tim medis sempat merasakan kelelahan, menyusul seringnya atlet perlu ditangani tim medis, sedangkan di sisi lain jumlah tenaga kesehatan terbatas.

“Satu belum selesai ditangani, kemudian ada atlet lain yang harus kita tolong. Apalagi pertandingan semi final berlangsung cukup panjang, ada 42 partai, selesai sampai larut malam, “ kata Warko.

Hal senada diungkapkan Rohmat Taufik, petugas kesehatan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Rembang. Ia juga baru kali pertama ditugaskan ke arena Muay Thai.

“Kalau siaga di arena pencak silat sering, Muay Thai baru pertama ini. Pengalaman yang luar biasa pokoknya, “ ujarnya.

Taufik menimpali penanganan paling sering dilakukan adalah pemberian bantuan oksigen kepada atlet, saat tidak mampu lagi melanjutkan pertarungan.

“Ada juga yang cidera di bagian hidung, leher maupun dislokasi persendian. Tapi secara umum, berjalan lancar. Alhamdulillah tidak sampai ada yang cidera fatal, “ kata Taufik.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Provinsi Muaythai Jawa Tengah, Gunawan Wijaya menyampaikan sebelum pertandingan berlangsung, pihaknya selalu mengumpulkan manajer atau perwakilan dari kabupaten/kota.

Intinya menekankan bahwa keselamatan atlet merupakan prioritas utama, sehingga ketika kondisi sudah tidak memungkinkan, pertandingan akan dihentikan.

“Termasuk pelatih, tiap akhir ronde, atlet harus ditanya siap melanjutkan ke ronde berikutnya atau tidak. Ketika pertandingan, atlet dirasa sudah tidak sanggup lagi, pelatih bisa langsung lempar handuk ke atas ring, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan