Sluke – Dua orang pria hidup di sebuah gua, pinggir pantai utara Desa Manggar Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang. Sebuah pantai yang dikenal memiliki panorama keindahan alam memukau.
Koswara dan Imam namanya, sama-sama sebagai pengembara. Koswara berasal dari Sumedang, sedangkan Imam dari Indramayu, Jawa Barat.
Koswara lebih dulu tinggal sendirian di dalam gua, sejak bulan September tahun 2020 lalu.
Ia mengaku membawa misi ibadah, berawal dari saran gurunya untuk mencari gua di pinggir pantai utara. Setelah menyusuri berbagai daerah pesisir, akhirnya ketemu dengan gua tersebut.
Barulah sebelum bulan suci Ramadhan tahun ini, Imam datang menyusul, karena sempat diberitahu oleh Koswara.
“Pak Imam dan saya, sama-sama pengembara. Lokasi ini milik pak Haji Ali ya. Saya sendiri sudah minta izin sama beliaunya, “ ujar Koswara.
Hidup di gua jauh dari keluarga, tentu menjadi tantangan tersendiri. Apalagi semua aktivitas, mulai memasak, beribadah hingga istirahat, semua dilakukan di dalam gua.
Termasuk ketika Reporter R2B datang, Koswara dan Imam menikmati menu berbuka, hanya dengan nasi dan lauk seadanya.
“Ndak masalah, dinikmati saja, “ imbuhnya santai.
Koswara menambahkan justru ia merasa lebih tenang dan belajar ikhlas menjalani hidup.
“Dalam ibadah pun rasanya lebih khusyuk, karena tempatnya yang sepi. Soal takut atau tidak, itu semua tergantung pada energi kita. Bukan dari tempatnya, tapi dari aura kita sendiri, “ ungkapnya.
Menurutnya, selama ini tidak pernah ada gangguan binatang buas atau orang-orang yang berbuat jahat.
“Kalau pas musim ombak besar juga masih aman, karena di depan gua ada batu-batu besar pemecah gelombang, paling hanya kecipratan, “ ucap Koswara.
Koswara sendiri masih akan menetap di gua tersebut, sampai menjelang akhir bulan suci Ramadhan dan bisa saja suatu saat nanti kembali lagi.
“Kalau saya, sudah berbaur dengan masyarakat sekitar sini, “ pungkasnya.
Sedangkan Imam mulai Rabu malam lalu sehabis sholat tarawih, kembali melanjutkan pengembaraannya, meninggalkan Koswara seorang diri.
“Jangan sebut kami musafir, berat soalnya. Pengembara saja, “ ujar Imam menimpali. (Musyafa Musa).