Sapi Yang Terjangkit PMK Tidak Bisa Langsung Divaksin, Ini Alasannya
Penanganan ternak sapi di Desa Mlatirejo Kecamatan Bulu.
Penanganan ternak sapi di Desa Mlatirejo Kecamatan Bulu.

Bulu – Ternak sapi yang terjangkit virus penyakit mulut dan kuku (PMK) tidak bisa langsung divaksin, karena justru rawan mengakibatkan kematian pada ternak tersebut.

Hal itu terungkap dari hasil koordinasi antara mantri hewan dengan masyarakat, saat menangani wabah PMK di Desa Mlatirejo Kecamatan Bulu.

Camat Bulu, Sholeh menjelaskan berdasarkan penjelasan mantri hewan bahwa sapi yang terkena PMK, tidak bisa langsung divaksin, karena kondisi ternak kurang fit akibat kekebalan menurun. Tapi harus menunggu keadaannya membaik dulu, baru divaksin.

“Ini yang harus dijelaskan kepada masyarakat, biar nggak salah paham. Sapi yang terjangkit PMK, tidak bisa serta merta divaksin. Tapi diisolasi dulu sampai membaik, baru divaksin, “ tuturnya, Kamis (19 Januari 2023).

Terkait merebaknya wabah PMK di Desa Mlatirejo, laporan yang diterimanya karena masyarakat sempat terjadi pro dan kontra. Pada awal-awal kasus muncul, warga enggan melapor kepada instansi terkait, karena khawatir sapinya akan diisolasi total dan tidak bisa dijual.

Namun karena kondisi penularan sudah mengkhawatirkan, maka harus ada penanganan secara masif, melibatkan tim dari peternakan Dinas Pertanian Dan Pangan.

“Saya minta desa laporan, karena kebetulan PJ Kadesnya dari Kecamatan Bulu, menyampaikan hampir 20 ekor sapi mati. Kok sebegitu banyak kenapa, saya tanya begitu. Ternyata warga khawatir kalau laporan, nanti takut diisolasi semua, “ imbuh Camat.

Atas dasar itu, pihak Kecamatan Bulu mengimbau masyarakat Desa Mlatirejo sabar dan telaten menangani ternak sapi yang terserang PMK.

Salah satunya, sapi harus tetap dipaksa makan, sambil fokus menyembuhkan luka pada bagian mulut dan kaki.

“Pengalaman pak Kades Karangasem Kecamatan Bulu, sapinya yang kena PMK, dirawat 3 sampai 4 bulan, dipaksa makan pokoknya, akhirnya membaik, “ terangnya.

Selain itu, ia mengajak kepada warga untuk tidak buru-buru menjual ternak sapi, apalagi dengan harga murah. Tidak hanya rugi, tetapi juga rawan menularkan penyakit ke sapi di daerah lain.

“Saran saya jangan terlalu cepat dijual. Tapi diopeni dengan sabar, seperti ngopeni bayi memang. Kalau sudah membaik, monggo kalau mau dijual, “ beber Sholeh.

Ketika rapat koordinasi bersama Kepala Desa di Pendopo Kecamatan Bulu, hari Kamis (19/01), pihaknya juga menekankan masalah ini kepada desa-desa lain, guna mewaspadai serangan PMK gelombang kedua. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan