Rembang – Kabupaten Rembang mencatatkan sejarah penurunan kasus angka kematian ibu (AKI).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, Ali Syofii menyebut selama tahun 2022, hanya terdapat 6 kasus kematian ibu. Padahal jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kematian ibu tergolong cukup tinggi.
“Sejak tahun 2000, setiap tahun selalu lebih dari 20 kasus, kemudian 13 kasus di tahun 2020, 2021 naik sedikit 14 kasus karena ada pandemi Covid-19 dan turun lagi menjadi 6 kasus di 2022. Merupakan terendah sepanjang sejarah, “ bebernya.
Ali menambahkan capaian tersebut setara dengan 71 per 100 Ribu kelahiran hidup. Kalau angka nasional, masih pada angka 239 per 100 Ribu kelahiran hidup.
Sedangkan angka kematian bayi (AKB) juga terus menurun. Tahun 2020 mencapai 138 kasus, tahun 2021 menjadi 97 kasus, kemudian tahun 2022 turun lagi di angka 90 kasus.
Menurutnya, penurunan tidak lepas dari kerja sama banyak pihak. Mulai kader dan bidan desa, Puskesmas, rumah sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengakui dirinya sempat agak malu, ketika dalam sebuah forum pertemuan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan angka kematian bayi di Kabupaten Rembang, tertinggi nomor 2 se-Jawa Tengah.
Ia langsung meminta Kepala Dinas Kesehatan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan, sehingga jumlah kasus kematian mampu ditekan.
“Bukan berarti kita malaikat, iso nguripi, iso mateni. Tapi kita diwajibkan untuk ikhtiar atau usaha. Kalau daerah lain bisa, kenapa kita tidak bisa. Alhamdulillah usaha-usaha kita dikabulkan, “ tandasnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan meluncurkan program bernama Telponi, yaitu Temokno (temukan), Laporno (Laporkan) dan Openi (Rawat). Upaya itu berbasis masyarakat terdekat, agar mereka ikut peduli terhadap masalah kematian ibu dan bayi, sehingga terjalin kerja sama antara desa dengan pelayanan kesehatan. (Musyafa Musa).