

Rembang – Demam lato-lato di Kabupaten Rembang, memunculkan pertanyaan produk dari mana mainan tersebut ?
Seorang penjual mainan anak-anak di Pasar Rembang, Supandi menuturkan sejauh pengamatannya, produk lato-lato tidak berasal dari pengrajin Rembang sendiri. Melainkan dipasok dari luar daerah, terutama grosir mainan di Kabupaten Kudus.
“Kelihatannya bukan industri rumahan itu mas, perkiraan saya buatnya (lato-lato) pakai mesin. Kalau pengrajin Rembang, yang saya tahu kok belum ada. Saya ambilnya dari grosir Kudus, yang juga membuka cabang di Rembang, “ tuturnya.
Ia membenarkan booming lato-lato mendongkrak omset penjualan. Sebelum tenar seperti sekarang, lato-lato hanya laku terjual rata-rata 1 lusin atau 12 buah per hari.
Tapi setelah viral, penjualan meroket hingga 3 – 4 lusin per hari. Harganya pun relatif masih terjangkau, antara Rp 8 – 15 Ribu.
“Peningkatan memang terasa sekali, sampai 30 % dibandingkan hari biasa. Yang jelas rezeki buat penjual mainan yang mangkal di pasar, maupun penjual mainan di sekolah-sekolah, “ beber Supandi.
Supandi yang jago bermain lato-lato ini sebatas mengingatkan untuk tetap berhati-hati, ketika memainkan dua bandul tersebut.
Dalam sejumlah kejadian, tali ikatan lato-lato terlepas, kemudian mengenai tangan, kepala atau mata. Maka ia menyarankan sebelum bermain lato-lato, dicek dulu kondisi ikatan tali. Pada ujung tali bisa dibakar dengan korek api, agar tidak mudah terlepas.
“Sisa tali paling ujung dibakar pakai korek, biar ada bendolan di ujungnya, supaya lebih aman, “ imbuhnya.
Termasuk memperhatikan pula masalah kecepatan, ia menyarankan jangan terlalu bernafsu mempercepat putarannya, sehingga membuat tali rawan lepas.
“Biasanya kalau anak-anak dipuji, kecepatan langsung dikencengin. Nah itu bahaya kalau speed terlalu kencang, bisa mengakibatkan lepasnya tali. Selama rutin cek kekuatan tali, insyaallah aman, “ terangnya.
Soal tips cepat menguasai permainan lato-lato, Supandi menimpali yang pertama tidak takut sakit kalau lato-lato mengenai tangan, kemudian seimbangkan dulu tali dan kedua bandul. Setelah itu, belajar pelan-pelan. Begitu sudah seimbang, baru dinaikkan ke atas.
“Keseimbangan menjadi yang utama. Kalau gak seimbang, lato-lato nggak akan bisa naik, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).