Pancur – Pihak Desa Ngroto, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang membenarkan saat kejadian orang camping meninggal dunia di Puncak Argopuro, karena mengalami hipotermia (kedinginan ekstrim), kondisi suhu udara pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari (09/10), sangat dingin dan tidak seperti malam-malam biasanya.
Kepala Desa Ngroto Kecamatan Pancur, M. Salim ketika dikonfirmasi Senin siang (10 Oktober 2022) menjelaskan biasanya ia tidur malam hari tidak berselimut. Tapi khusus Sabtu malam hingga Minggu dini hari sampai harus berselimut, lantaran kondisinya dingin sekali.
“Itu yang saya rasakan di Desa Ngroto ya. Entah kalau di desa-desa lain. Biasanya saya nggak pernah selimutan, tapi yang Sabtu malam sampai Minggu menjelang Subuh itu, hawanya dingin sekali, saya pakai selimut. Heran, jadi perbedaannya memang sangat mencolok, “ tuturnya.
Sebelum peristiwa hipotermia (kedinginan ekstrim) yang dialami pendaki gunung Edi Suyanto (30 tahun) warga Desa Pandean, Rembang hingga meninggal dunia, menurut Kades Ngroto sudah pernah ada beberapa kejadian lain yang sempat menjadi perbincangan hangat masyarakat.
Sekira 6 bulan silam, warga Tuban, Jawa Timur yang camping di lokasi tersebut mengalami kesurupan. Warga Desa Ngroto bahkan harus naik ke puncak, guna memberikan pertolongan.
“Malah yang warga Tuban itu waktunya pas Maghrib. Kalau kejadian meninggal dunia kedinginan seperti Minggu dini hari kemarin kok kayaknya baru dengar kali ini, “imbuh Salim.
Peristiwa lain yang juga pernah menyedot perhatian adalah seorang peserta camping terbakar tubuhnya, di Puncak Argopuro beberapa tahun silam.
“Orangnya selamat, tapi tubuhnya cacat sampai sekarang. Waktu itu diperkirakan kena api kompor yang meleduk atau apa, kami tidak tahu secara pasti, “ terangnya.
Salim menimpali masyarakat yang ingin camping ke Puncak Argopuro, umumnya bisa diakses dari sejumlah titik. Mulai dari Desa Ngroto Kecamatan Pancur, kemudian Desa Dadapan Kecamatan Sedan maupun dari Desa Criwik Kecamatan Pancur.
Kalau dari Desa Ngroto, waktu tempuhnya antara 2 – 3 jam, melewati jalan terjal setapak. Bahkan banyak kanan kiri jurang menganga. Ketika ada kejadian tak terduga di Puncak Argopuro, Salim mengakui warga kampungnya yang sering dimintai tolong oleh para pendaki.
“Jalannya itu sulit, seumpama angkat junjung gitu ya malah tambah susah. Lokasi tersebut kan ikut wilayah Perhutani, jadi desa nggak punya kewenangan apa-apa. Namun kalau ada apa-apa, warga Ngroto yang biasanya dimintai tolong sama pendaki. Ya bagi kami ndak masalah, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).