Rembang – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Rembang melaunching buku berjudul “Pengawas Pemilu Dari Masa Ke Masa, Sejarah Pengawas Pemilu Kabupaten Rembang tahun 2004 – 2023”, hari Kamis (11 Agustus 2022) di Gedung Home Theater, sebelah timur Pendopo Museum Kartini Rembang.
Ketua Bawaslu Kabupaten Rembang, Totok Suparyanto menjelaskan buku berisi 13 bab tersebut, ditulis oleh 5 komisioner Bawaslu.
“Untuk editornya mas Amin Fauzi, karena beliau terbiasa di dunia jurnalistik, sedangkan untuk keselarasan bahasa, temen-temen staf Bawaslu kebetulan sudah bisa diandalkan, “ tuturnya.
Totok menimpali pihaknya mengundang 2 tokoh untuk membedah buku tersebut, yakni Bisri Adib Hattani, seorang penulis yang juga ulama dan Afif Hartiyadi sebagai pengamat politik.
“Jadi biar untuk mengkritisi buku tersebut. Kelak kalau ada anggaran, bisa saja kita terbitkan buku lagi, “ kata Totok.
Komisioner Bawaslu Kabupaten Rembang, Amin Fauzi membeberkan pembuatan buku diawali sejak awal tahun 2022.
“Dimulai dari perencanaan, diskusi, riset, buka-buka arsip dan melakukan wawancara, “ ungkapnya.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah kesulitan mencari narasumber mantan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) untuk diwawancara.
“Dinamikanya macam-macam, ada yang susah ditemui, “ kata Amin.
Bulan Mei, isi buku selesai. Setelah itu, dilanjutkan pencetakan antara bulan Juni – Juli. Ia berharap keberadaan buku yang berisi tentang konteks penyelenggaraan Pemilu, profil kelembagaan Panwas, peristiwa menarik pengawasan Pemilu dan profil anggota Panwaslu Kabupaten Rembang dari masa ke masa, dapat memberikan tambahan referensi di bidang kepemiluan.
“Ini merupakan buku kedua kita. Semoga memompa semangat dalam kerja pengawasan kedepan, “ tandasnya.
Bisri Adib Hattani, selaku pembedah buku menilai sebagai langkah awal, buku tersebut sudah bagus. Ia berharap akan ada buku-buku lanjutan, yang isinya dilengkapi dengan gaya naratif. Misal kumpulan cerita pendek (Cerpen) Pemilu, sehingga bisa lebih menjadi daya tarik.
“Mungkin nantinya bisa dilengkapi lagi buku tentang anekdot-anekdot, cerita singkat yang lucu dan menarik, “ ujar Bisri.
Sementara itu pembedah buku lainnya, Afif Hartiyadi mengungkapkan buku sebagai sarana pengingat, untuk pijakan pada masa mendatang.
“Sepahit-pahitnya tidak ada, itu lebih baik ada, meski pahit. Begitu pun dengan buku, melihat dan membaca buku ini, membuat lamunan kita punya arah. Karena mencantumkan data angka-angka di sini, maka jangan sampai tinggi ekspektasi. Dengan ada buku, kita nggak bingung. Sama seperti pedagang pasar, meski hafal harga, tapi tetap saja ditulis, meski pakai kertas bekas bungkus rokok, “ terangnya.
Afif berharap upaya Bawaslu mengembangkan literasi melalui pembuatan buku, dapat ditiru pula oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Rembang, dengan mengambil sudut pandang berbeda, terutama sisi penyelenggaraan Pemilu dari masa ke masa. (Musyafa Musa).