Satukan Langkah, Ingin Jadikan “Telaga Sarangan” Versi Rembang
Kades Sudo, Sadi (tengah) diapit Pranghono, Ketua FKW Banyukuwung Lestari dan Imelda Aprilia saat naik perahu menyusuri bendungan.
Kades Sudo, Sadi (tengah) diapit Pranghono, Ketua FKW Banyukuwung Lestari dan Imelda Aprilia saat naik perahu menyusuri bendungan.

Sulang – Bendungan Banyukuwung atau masyarakat sering menyebutnya Bendungan Sudo, berada di perbatasan antara Desa Sudo Kecamatan Sulang dengan Desa Sukorejo Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Bendungan ini dibangun era tahun 1995 lalu pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, sebelum Orde Baru tumbang karena gelombang aksi demo pro reformasi.

Ketua Forum Komunitas Waduk (FKW) Banyukuwung Lestari, Pranghono mengisahkan dulu ada hampir 50 rumah warga yang harus pindah, karena terkena dampak pembangunan bendungan.

Ia masih ingat betul, masyarakat merelokasi bangunan rumah ke tempat lain, rata-rata mereka membeli lahan di kampung bagian selatan.

Setahun pembangunan bendungan, begitu hujan deras 3 kali, bekas hunian warga yang ditinggalkan, seketika langsung tenggelam, berubah menjadi genangan air.

“Warga waktu itu ya merasa wong cilik arep ngopo meneh, mau nggak mau harus pindah. Paling banyak pindah ke sana, sebelah selatan lapangan voli, “ kenangnya.

Bendungan peninggalan Presiden Soeharto itu, sampai sekarang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Tidak hanya untuk sarana air baku pelanggan PDAM, tetapi juga dipakai menunjang sektor pertanian petani setempat.

Pranghono menyebut Bendungan Sudo kini dirintis menjadi destinasi wisata, dengan branding “Kampung Sudoku Negeri Di Atas Air, Spirit Of Selayur”. Selayur merupakan titik yang sekarang terendam air bendungan, namun diyakini sebagai lokasi sumber air besar dan memiliki kaitan erat dengan riwayat sejarah awal mula Desa Sudo.

Desa Sudo sendiri sudah mengantongi Surat Keputusan (SK) Bupati Rembang menjadi Desa Wisata.

“Ini potensi yang bisa dimanfaatkan untuk destinasi wisata. Kami juga sudah mempunyai kelompok sadar wisata (Pokdarwis), “ imbuh Pranghono.

Seorang warga Desa Sudo, Imelda Aprilia mengaku sangat mendukung gagasan Desa Wisata. Keberadaan bendungan, perlu dilengkapi dengan sarana pra sarana penunjang lainnya, sehingga menjadi daya tarik wisatawan, sekaligus mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.

“Di sini kami sangat mendukung adanya desa wisata, biar perekonomian terangkat, “ kata Imelda.

Sementara itu Kepala Desa Sudo, Sadi membenarkan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana selaku pengelola bendungan, sudah memberikan lampu hijau.

Ia berharap jika semua sudah legal, Bendungan Sudo dapat menjelma sebagai tempat wisata yang layak dikunjungi, seperti halnya Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

“Gambaran saya bisa dijadikan seperti Telaga Sarangan mas, “ ujarnya.

Sadi menambahkan lingkungan taman Kampung Sudoku sudah ditata. Selain itu, kanan kiri Bendungan Sudo juga masih terdapat lahan yang sangat luas dan kedepan potensial untuk dikembangkan.

Menurutnya, tinggal menyatukan langkah bersama masyarakat, sehingga gagasan ini berakhir dengan manfaat. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan