Rembang – Upaya perbaikan kapal setelah saling berbenturan akibat ombak besar di Pelabuhan Tasikagung, Rembang, ternyata memakan biaya cukup besar.
Seorang tokoh nelayan Desa Tasikagung, Kadromi menjelaskan sebagian pemilik kapal saat ini masih sibuk mencari tukang kayu.
“Sudah rebutan untuk cari tukang, “ ungkapnya.
Menurut Kadromi, rata-rata kerusakan kapal berlubang di bagian depan atau bagian belakang (pantat) hancur, karena satu sama lain bertabrakan.
Ia menyebut 1 tukang kayu rata-rata Rp 270 Ribu per hari, untuk upah plus makan dan rokok. Padahal umumnya ada 5 – 7 orang pekerja dan bisa membutuhkan waktu perbaikan 10 hari lebih.
Belum lagi, ongkos membeli kayu. Diperkirakan minimal 1 kapal menelan anggaran hingga Rp 100 Juta.
“Tukangnya saja 1 hari per kepala Rp 240 Ribu, belum makan dan rokoknya. Bayangkan kalau 5 – 7 orang, waktunya sampai 10 hari, sudah berapa. Yang depan atau belakang (pantatnya) hilang, paling nggak 1 kapal habis Rp 100 Juta. Sekarang kayunya juga mahal, “ tuturnya.
Kadromi berpendapat kejadian semacam ini bukan karena faktor cuaca buruk saja. Tapi juga dipicu lambannya proses perizinan kapal untuk keperluan melaut yang jumlahnya cukup banyak dan membuat repot para nelayan eks kapal cantrang, yang kini beralih ke jaring tarik berkantong.
“Kalau misalnya surat perizinan sudah selesai semua, saya kira nggak sampai seperti ini. Baru kali ini ada musibah, begitu banyak kapal tabrakan. Soalnya terjadi penumpukan kapal, akibat sebagian proses surat belum selesai. Mohonlah dipermudah, “ imbuh Kadromi.
Ia memperkirakan di Kabupaten Rembang, dari bekas kapal cantrang yang izinnya mengurus ke pusat (Kementerian Kelautan Dan Perikanan) berjumlah 240 unit, terdapat 85 kapal yang masih terkendala surat-surat.
“Mereka sandar di pelabuhan semua, belum lagi yang kapal mini pursine milik nelayan Kragan dan Sarang yang disandarkan di situ. Kebetulan setelah Lebaran, masih banyak kapal belum berangkat. Soalnya ada kendala harga solar mahal juga, jadi kapal numpuk semua di pelabuhan, “ bebernya.
Sebelumnya, ombak besar disertai angin kencang melanda pesisir pantai utara Kabupaten Rembang, Kamis sore lalu (26/05).
Kasat Polair Polres Rembang, AKP Sukamto mengatakan berdasarkan hasil pendataan, untuk kapal mini pursine yang rusak sebanyak 20 an unit, sedangkan kapal di atas bobot 30 GT mencapai 40 an kapal.
“Nilai kerugian belum bisa ditaksir, karena kerusakan masing-masing kapal bervariasi, “ ujar AKP Sukamto. (Musyafa Musa).