Rembang – Batu penahan gelombang di sejumlah lokasi untuk mengurangi bencana abrasi, perlu dicek kembali, karena mayoritas sekarang kondisinya sudah semakin menurun atau amblas masuk ke dalam pasir.
Apalagi setelah hantaman ombak besar sepanjang hari Senin (23/05), mengakibatkan amblasnya batu penahan gelombang semakin parah. Salah satunya terjadi di Desa Kalipang, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.
Tokoh masyarakat Desa Kalipang, Kecamatan Sarang, Ridwan mengatakan kondisi tersebut membuat pemecah gelombang kurang efektif, karena mudah dilompati ombak. Apalagi jika pemasangannya sudah sejak belasan tahun lalu, pergeseran semacam itu tak bisa dihindari, karena faktor alam.
Maka ia mendesak kedepan ada penambahan, untuk tambal sulam.
“Sudah masuk ke pasir, sehingga mengurangi kekuatan menahan air, dengan mudah terlompati. Untuk keamanan, idealnya bisa ditambah, “ ungkapnya, Selasa (24 Mei 2022).
Saat ini saja, masyarakat masih siaga, mengantisipasi bencana ombak besar susulan. Manakala sudah mengkhawatirkan, warga siap mengungsi.
“Warga yang terdampak ya resah mas. Barang-barang dari dalam rumah siap dipindahkan, kalau kondisi ombak masuk permukiman penduduk, “ imbuh Ridwan.
Ridwan menilai efektivitas pemasangan batu pemecah gelombang sangat dirasakan selama ini. Warga setempat biasa menyebutnya dengan batu tahu, karena bentuknya kotak-kotak seperti tahu.
“Seperti barat TPI Sarang itu, kondisinya sekarang lebih nyaman. Sampai ada penambahan jalan lingkar dari pondok ke Temperak, mendekati perbatasan dengan Jawa Timur, itu tidak lepas dari adanya batu tahu, orang sini menyebutnya batu tahu, ditumpuk-tumpuk menjorok ke laut, “ terang Ridwan yang juga Ketua BPD Kalipang ini.
Kondisi banyaknya batu bolder ambles juga terjadi di Desa Sumurtawang Kecamatan Kragan. Hal itu membuat ombak seperti tidak ada halangan lagi dan langsung menghujam ke rumah warga.
Trimo, seorang warga Desa Sumurtawang menunjukkan bangunan belakang rumahnya yang hancur dihantam ombak. Mulai ruang tidur hingga dapur, kondisinya rusak berat.
“Batu boldernya mpun ambles mas, mpun total. Langsung ngantem masuk rumah. Ini sementara ternak sapi mpun kulo pindah, “ tuturnya.
Untuk pantauan Selasa sore (24/05), ombak pasang di pesisir Kabupaten Rembang, tidak separah pada hari Senin kemarin. Meski naik, namun masih dalam skala wajar.
Fenomena ombak rob, menurut release Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG), karena pada pertengahan bulan Mei hingga Juni merupakan puncak pasang tertinggi. Pemicunya, jarak antara bumi dengan bulan sangat dekat.
Kenaikan air, rata-rata mulai pukul 12.00 Wib, kemudian berangsur-angsur surut mulai pukul 18.00 Wib. (Musyafa Musa).