

Kaliori – Lapangan sepak bola Desa Kuangsan Kecamatan Kaliori, sementara ini dianggap menjadi lapangan terbaik di Kabupaten Rembang, menurut sejumlah pegiat olahraga sepak bola.
Bagaimana upaya pihak desa dan kalangan pemuda setempat, untuk mewujudkan lapangan sebagus itu ?
Kepala Desa Kuangsan Kecamatan Kaliori, Tarmuji menjelaskan penataan lapangan dimulai tahun 2017 lalu. Untuk meratakan tanah lapangan saja, menghabiskan 750 rit tanah. Setelah itu, lapisan bagian atas diberi tanah merah sebanyak 127 rit.
Anggaran dari desa yang digelontorkan sekira Rp 270 an Juta. Belum lagi ditambah dengan dana swadaya masyarakat.
“Yang tanah merah saja waktu itu habis Rp 70 an Juta. Kalau rumput, thukulan rumput asli, “ tuturnya, Selasa (26 April 2022).
Untuk memastikan kualitas lapangan, di bagian tengah terdapat resapan-resapan drainase, supaya air hujan bisa langsung mengalir ke saluran di pinggir lapangan.
“Kalau hujan, biar tidak ada genangan air, “ imbuh Tarmuji.
Setelah dua tahun bergulir, akhirnya awal tahun 2019 siap dipakai. Menurut Tarmuji, keberadaan lapangan menjadi bagus, karena kekompakan pemuda dalam melakukan perawatan.
“Dibangun tapi kalau nggak dirawat ya akan menjadi nggak baik. Tapi karena pemudanya semangat merawat, jadinya ya bagus, “ terangnya.
Tarmuji menambahkan, untuk jangka panjang pihak desa sudah menyiapkan master plan pengembangan sport center yang digabungkan dengan potensi ekonomi lokal. Tak hanya sepak bola, tetapi juga akan dilengkapi lapangan volly, karate, basket, maupun futsal.
“Tapi nggak terpusat 1 lokasi. Itu pun butuh dana besar, sifatnya rencana pengembangan kedepan. Kita fokus sama lapangan sepak bola dulu. Warga luar juga bisa makai, dengan sewa Rp 150 Ribu, “ ucapnya.
Ketua Sepak Bola Kuangsan FC, Deni Ariyanto mengungkapkan setelah lapangan ditata, pihaknya mengusulkan kepada pemerintah desa menambah lampu penerangan, agar lapangan dapat digunakan bermain sepak bola pada malam hari.
Rencananya, tahun 2023 akan terealisasi. Tapi kalau ingin memasang lampu, Deni menyarankan sebaiknya dicarikan lampu yang bagus, supaya tidak kerja dua kali. Minimal butuh anggaran Rp 100 Jutaan.
“Soalnya kalau pasang lampu setengah-setengah, dipakai main sepak bola jadi silau, nggak nyaman. Lampu kan idealnya 4 titik, ketinggian tiangnya menyesuaikan. Setiap titik, mau dikasih 6 atau 8 lampu, tergantung kemampuan anggaran. Insyaallah tahun depan mas, “ kata Deni.
Deni yang juga anggota polisi Polsek Kaliori dan Bhabinkamtibmas Desa Kuangsan ini menambahkan keseriusan menata lapangan sepak bola, sebagai bagian memajukan sepak bola. Ia ingin kedepan meski berada di pelosok pedesaan, Kuangsan mampu menghasilkan bibit-bibit berbakat.
“Syukur-syukur bisa tembus jadi pemain nasional atau bahkan internasional, “ pungkasnya.
Sementara itu, seorang pemain sepak bola dari tim PWI n Friends, Miftachussolichin mengakui selama mengikuti pertandingan antar kampung (Tarkam), lapangan Kuangsan menjadi yang terbaik.
“Dari sisi rata, ketebalan rumputnya, ukurannya yang standar dan yang penting kalau main di sana, antusias masyarakat untuk nonton tergolong tinggi, keren pokoknya. Saya kira semangat Desa Kuangsan bisa ditiru oleh desa-desa lain, “ ujarnya. (Musyafa Musa).