Lasem – Harga sejumlah bahan baku kain batik semakin melambung, diperkirakan karena pengaruh ekonomi global. Kondisi tersebut berdampak pada sektor batik tulis Lasem di Kabupaten Rembang.
Seorang pengusaha batik tulis Lasem, Santoso Hartono ketika dikonfirmasi Senin siang (18 April 2022) membenarkan beragam keperluan pembatik, saat ini harganya terus naik. Mayoritas barang impor, termasuk kain katun, rata-rata berasal dari India dan Amerika.
Ia mencontohkan bahan baku kain, semula pembatik bisa ambil dulu dari pemasok dan baru bayar setelah 4 bulan kemudian, tapi sekarang tidak bisa. Itu pun harga kain bertambah mahal.
“Kain jenis katun Prima 90 centi meter misalnya, sebelum Corona Rp 10.500, sekarang sudah Rp 15.500 per potong, “ ungkapnya.
Belum lagi harga pewarna dan malam, semua ikut merangkak naik.
“Harga malam awalnya Rp 22.500, sekarang sudah Rp 27.000 per kilo gram, “ imbuh Santoso.
Menghadapi masalah semacam ini, keuntungan pembatik sudah pasti akan tergerus. Supaya tetap bisa eksis, pembatik perlu melakukan langkah-langkah inovasi. Salah satunya pembaruan sisi motif dan desain, sehingga tidak monoton. Kalau tampil beda, menurutnya harga kain batik masih memungkinkan naik.
“Pembeli sudah bosen kalau motifnya itu-itu saja. Kalau motif, desain berubah, otomatis kain bisa naik, “ ucapnya.
Santoso membenarkan omset penjualan kain batik memang cenderung menurun, belakangan ini. Namun ia pribadi tidak merasakan secara siginifikan dan masih dalam taraf wajar.
“Kemarin turun karena pandemi iya, tapi sekarang dampak pandemi nggak ngefek mas. Kebetulan tempat usaha saya di pinggir jalan besar, jadi kalaupun ada penurunan masih wajar, “ terangnya.
Jika kedepan pemerintah semakin melonggarkan aktivitas masyarakat, pemilik usaha batik “Pusaka Beruang” ini tetap optimis, batik tulis Lasem masih mampu bertahan.
Lebih-lebih penataan kota pusaka Lasem, nantinya diharapkan juga memberikan dampak positif terhadap peningkatan pengunjung yang singgah ke gerai-gerai batik. (Musyafa Musa).