Rembang – Malam itu, 15 April 2022 di tengah hutan belantara, perbatasan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dengan Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Gelapnya hutan disertai suara hewan malam, menambah kesunyian. Dari kejauhan, tampak remang-remang sejumlah lampu listrik, terpasang di gubuk panggung dan di lahan pekarangan dengan lebatnya pepohonan.
Ternyata gubuk yang menempati wilayah administratif Desa Wangi, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur itu sangatlah istimewa.
Bukan hanya karena tempat hunian satu-satunya di tengah hutan wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kebonharjo, tetapi juga karena ditempati sendirian oleh seorang wanita.
Yah..Kartini namanya. Wanita usia 57 tahun, ber-KTP warga Desa Sale, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini mengungkapkan sudah 13 tahun tinggal di kawasan tersebut.
“Dulu saya beli lahan seluas 1 hektar lebih, seharga Rp 16 Juta. Infonya akan ramai karena mau dipakai proyek tebu pemerintah, tapi nggak jadi. Akhirnya saya sendirian di sini. Tapi nggak apa-apa, justru malah tenang dan damai, “ tuturnya.
Kartini mengisahkan dari awalnya memakai lampu teplok berbahan bakar solar untuk penerangan, hingga sekarang mempunyai jaringan listrik bertenaga surya, yang sudah ia pakai selama 4 tahun terakhir.
Menurutnya, semua berkat kekompakan anak-anaknya, setelah melihat kondisi di hutan tidak mungkin memanfaatkan jaringan listrik PLN.
“Anak saya tiga, laki-laki, perempuan, perempuan. Semula tinggal di sini. Tapi sekarang sudah di luar daerah, ada yang kerja dan ada pula yang berkeluarga. Kasihan lihat ibunya tinggal di hutan, kemudian mengupayakan listrik tenaga surya. Yang ngurusi listrik tenaga surya, kebetulan anak laki-laki, “ kata Kartini.
Kartini menambahkan listrik tenaga surya terdiri dari panel surya yang berfungsi menangkap sinar matahari, kemudian diubah menjadi tenaga listrik.
Setelah itu, daya listrik disimpan ke dalam accu. Accu dilengkapi pula dengan alat kontrol, untuk menjaga agar tidak kelebihan tegangan.
Selanjutnya daya listrik masuk ke inverter, guna mengubah tegangan searah menjadi tegangan bolak balik.
Saat ini, ia baru memiliki 2 buah accu, perkiraan kapasitasnya setara dengan listrik PLN 900 Watt.
“Yang saya tahu harga accu per unit Rp 2,5 Juta, lalu beli inverternya Rp 3 Jutaan. Kalau keseluruhan habis berapa, anak saya nggak pernah ngaku. Mungkin nggak mau kalau ibunya jadi beban kepikiran, “ terangnya.
Dengan daya listrik sebesar itu, Kartini bisa menyalakan lampu di dalam kamar, dapur, ruang tamu, teras, kamar mandi dan mengoperasikan mesin pompa untuk menyedot air.
Baginya, pengambilan air termasuk vital untuk memenuhi kebutuhan minum, mandi, mencuci dan memasak. Tiap pagi menyedot dapat 1 drum air, ia hentikan, kemudian dilanjutkan pada siang dan sore hari.
“Untuk keperluan sehari-hari, listrik masih cukup. Cuman memang kalau pas nyedot air, ibu nggak berani lama-lama, karena accu nya panas. Kata anak sich nggak apa-apa, soalnya sudah ada kipasnya. Tapi saya sendiri yang antisipasi, biar awet, “ imbuh wanita yang giat bertani dan beternak ayam ini.
Idealnya, kalau ingin menambah daya menjadi 1500 Watt, perlu accu sebanyak 4 unit.
“Tapi apa yang sudah ada dengan 2 accu, benar-benar saya syukuri, “ ucapnya.
Selama ini, Kartini merasakan betul, manfaat penggunaan listrik tenaga surya. Termasuk pada musim penghujan sekalipun, pasokan listrik masih lancar.
“Hujan nggak hujan, nyatanya nggak ada masalah. Nggak ada kendala nak. Orang kampung kalau pas ke sini cerita, listrik padam dari siang sampai malam. Saya ya nggak merasakan, karena pakai tenaga surya, “ ujar Kartini tersenyum.
Kartini juga tak perlu bingung-bingung lagi membayar rekening bulanan, seperti halnya listrik PLN.
Disamping itu ia berpendapat, kedepan energi matahari potensial dioptimalkan, untuk mengurangi beban pemerintah. Lebih-lebih sinar matahari merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
“Kabarnya PLN semakin keberatan, kalau meniru negara-negara maju, kan ada warga buat kincir angin sendiri atau merangkai tenaga surya sendiri. Jadi nggak selalu mengandalkan pemerintah. Soal listrik, warga mampu mandiri, “ pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kabupaten Rembang, Subhan menilai Kartini merupakan sosok wanita mandiri dan pekerja keras.
Meski hidup di tengah hutan dengan kondisi serba seadanya, namun tetap mampu bertahan. Bahkan berhasil mendidik anak-anaknya hingga meraih sukses.
Atas kondisi itu, ia bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Rembang, Hasiroh Hafidz (isteri Bupati Rembang-Red) dan rombongan, hari Sabtu (16 April 2022), datang ke kediaman Kartini.
Selain ingin melihat langsung wanita tangguh tersebut, pihaknya juga menyampaikan undangan, untuk hadir pada acara Penganugerahan Wanita Inspiratif, tanggal 26 April 2022 di Pendopo Museum Kartini Rembang, dalam rangka menyemarakkan Hari Kartini 2022.
“Kami ingin tahu tips-tips dari bu Kartini yang kebetulan namanya sama dengan pahlawan emansipasi wanita RA. Kartini. Beliau hidup di hutan, namun mampu hidup mandiri dan berjuang menyekolahkan anak-anaknya sampai meraih gelar sarjana, “ ujarnya.
Kartini nantinya akan menerima penghargaan Wanita Inspiratif, bersama 8 tokoh wanita lainnya.
“Semoga kisah-kisah wanita inspiratif ini memberikan manfaat untuk masyarakat luas, terutama bagi kaum wanita, “ tandas Subhan. (Musyafa’).