

Rembang – Masyarakat yang biasa menjalani aktivitas di luar rumah dan terpapar sinar matahari secara langsung, lebih rawan terkena penyakit katarak pada mata. Utamanya katarak yang disebabkan oleh faktor usia.
Dokter spesialis mata dari RSUD dr. R. Soetrasno Rembang, Sigit Arihandoko menyampaikan masalah tersebut, saat Talk Show Bintang Sehat (Bincang-Bincang Tentang Kesehatan) yang direlay Radio R2B Rembang, Kamis siang (07 April 2022).
Talk show itu digelar oleh RSUD dr. R. Soetrasno Rembang, bersama Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Rembang.
Menurut dokter Sigit, penyebab katarak hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan penelitian, ada sejumlah faktor pemicu, seperti oksidasi radikal bebas, paparan sinar ultra violet dari matahari, kemudian akibat pengaruh penyakit tertentu (jantung, darah tinggi, diabetes dll).
Ia menyebut orang-orang yang bekerja di luar rumah, lebih rentan terkena katarak. Pihaknya kerap menemukan kasus penderita katarak, pasien berprofesi sebagai petani, nelayan maupun sopir yang sering terpapar sinar matahari.
“Kalau paparan sinar ultra violet itu, karena sering beraktivitas di lapangan atau luar rumah. Sering saya temui, nelayan, petani atau sopir menderita katarak, “ tuturnya.
Dokter Sigit menambahkan obat menghilangkan katarak belum ada. Maka penanganannya menyesuaikan dengan derajat penyakit. Jika katarak masih tipis, pasien akan ditawarkan untuk memakai kaca mata.
Kalaupun diberi obat tetes, sifatnya hanya untuk memperlambat supaya katarak tidak semakin tebal.
“Jadi bukan untuk mengobati, melainkan untuk memperlambat saja, “ imbuh dr. Sigit.
Manakala katarak sudah semakin tebal dan mengganggu aktivitas, maka harus menjalani operasi pengambilan lensa mata yang mengalami katarak.
“Untuk derajat yang masih tipis pun, kalau sudah mengganggu, ya solusinya lewat operasi, “ terangnya.
Ia mengimbau masyarakat tidak perlu takut menjalani operasi katarak, karena metode operasi sekarang jauh lebih aman dan nyaman, dibandingkan era tahun 90’ an silam.
“Kalau dulu masih pakai teknologi lama ya, jadi sebelum terpasang lensa buatan, habis operasi pasien harus memakai kaca mata tebal.
Kalau sekarang sudah lebih canggih. Misal pasien takut sakit, kita kasih pilihan mau bius lokal atau bius total. Pasien tidur, nggak terasa sama sekali. Biasanya bius lokal sudah cukup. Kalau ada penyakit penyerta, sebelum operasi dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter yang menangani. Jika kondisi penyakit pasien sudah stabil, baru bisa dioperasi katarak, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).