Rembang – Rencana pemindahan pasar Rembang, hingga saat ini masih menuai pro dan kontra. Termasuk soal data antara pedagang yang menolak maupun setuju, pasar dipindah.
Dalam beberapa kali kesempatan, Bupati Rembang, Abdul Hafidz menjelaskan rencana pemindahan Pasar Rembang, berdasarkan hasil studi tata kota oleh Universitas Diponegoro (Undip) Semarang pada tahun 2016 lalu. Salah satu rekomendasinya, agar Rembang menjadi kota, maka pasar harus dipindah.
“Kami sudah memulai studi tata kota tahun 2016, saya gandeng Undip. Salah satu rekomendasinya, pak Bupati kalau Rembang jadi kota, maka pasar harus dipindah, “ tuturnya.
Saat memberikan sambutan dalam acara Ngopi Gayeng di Pendopo Museum Kartini Rembang 03 Februari 2022 lalu, Bupati juga menyampaikan data jajak pendapat rencana pemindahan pasar, 60 % pedagang setuju, 20 % tidak setuju dan 20 % tergantung pemerintah.
“Termasuk ketika saya Sidak ke pasar, saya juga bertanya ke pedagang, pak piye kalau dipindah, asal nggak mbayar pak, rata-rata begitu, “ imbuh Bupati.
Hafidz sudah menugaskan Wakil Bupati Rembang, M. Hanies Cholil Barro’ untuk berbicara dengan para pedagang. Menurutnya, semua pihak akan diajak bicara. Tidak hanya pedagang, tetapi juga pengguna pasar, dalam hal ini masyarakat sebagai konsumen.
“Kenapa pasar ini masih menjadi bola liar, karena kamipun dari pemerintah masih tahap perencanaan. Kami akan bicara dengan pedagang. Pak Wakil Bupati sudah saya tugasi untuk ngobrol-ngobrol, piye apike, apike piye, “ terangnya.
Bupati berjanji nantinya bekas Pasar Rembang tidak akan dijadikan mall, sedangkan lokasi pasar baru di bekas pasar hewan Kampung Baru Desa Sumberejo, akan ditata sedemikian rupa, supaya lebih layak. Sejumlah akses jalan menuju pasar, juga akan dilebarkan tahun 2022 ini.
“Pedagang tidak kita tarik serupiahpun. Untuk detail desainnya sudah ada tahun 2018, kebetulan saat lelang, kepegang ITS (Institut Teknologi Sepuluh November-Red) Surabaya, “ tandas Hafidz.
Sementara itu, pihak Paguyuban Pedagang Pasar Rembang (P3R) mempertanyakan data yang disampaikan Bupati.
Seorang pengurus P3R, Ahmad Nizar mengungkapkan hingga saat ini pihaknya belum pernah menerima salinan data dari hasil kajian Undip tersebut.
“Termasuk ketika kami bertemu dengan Gus Arwani, Komisi 5 DPR RI, juga belum menerima kajian Undip itu. Maka harus dipertanggungjawabkan kata-kata Bupati, “ ujarnya, Minggu (27 Februari 2022).
Nizar membandingkan dengan data jajak pendapat yang dilakukan oleh P3R. Menurutnya, dari total 1.600 an pedagang resmi yang mengantongi kartu tanda pedagang, 1.197 pedagang menyatakan setuju pasar dibangun di lokasi saat ini (depan Tugu Batik), kemudian 13 orang tidak sepakat dan sisanya menyatakan netral.
Data tersebut sekaligus membantah hasil kajian Undip, karena mayoritas pedagang tidak ingin pindah. Namun tetap bertahan di lokasi sekarang.
“Data itu sudah saya sampaikan ke Sekda. Kalau memang ada kajiannya seperti apa, kami dikirim, “ kata Nizar.
Soal adanya usulan pemindahan Pasar Rembang ke lokasi lain (tidak di bekas pasar hewan), pihaknya setiap saat siap diajak berdiskusi.
“1 x 24 jam, siap kita, ndak ada masalah. Malam pun kalau saya sudah tidur, akan langsung bangun, “ tegasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Rembang, Ahmad Rif’an menyatakan pihaknya tetap mengusulkan agar revitalisasi pasar, menempati lokasi saat ini.
“Sudah kita sampaikan ke Pemkab Rembang langsung, saat audiensi dengan DPRD dan juga Komisi V DPR RI. Selebihnya kita lakukan manakib dan do’a bersama mas, “ terang Rif’an. (Musyafa Musa).