Sumber – Kisah petani yang satu ini sungguh menarik untuk diikuti. Yah..Kurdianto namanya, petani berusia 41 tahun, warga Dusun Kedungwatu Desa Kedungasem Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini sukses mengembangkan tanaman padi dengan menggunakan pupuk organik.
Sama sekali tanpa pupuk kimia buatan pabrik, termasuk Urea, salah satu jenis pupuk yang selama ini menjadi idola mayoritas petani.
Berbekal dari pelatihan pembuatan pupuk organik tahun 2021 lalu, Kurdianto mempraktekkan langsung. Saat awal mencoba, Kurdianto sempat dimarahi sang ayah, karena dianggap tidak akan berhasil.
Hal itu membuatnya tertantang untuk membuktikan ilmu yang diperoleh saat pelatihan. Apalagi sekarang pupuk an organik harganya semakin mahal dan kuota pupuk subsidi terus dikurangi.
“Saya harus mencoba, saya harus bisa membuktikan. Kalau nggak dibuktikan, gimana. Apalagi pupuk an organik nggak cuma naik, tapi sekarang sudah ganti harga. Apa kita mau begini terus, “ tuturnya.
Kurdianto memperinci untuk membuat pupuk organik, dirinya mengoptimalkan cairan tetes tebu dua botol air mineral ukuran besar, dicampur air sebanyak 200 liter dan cairan mikrobakter yang sudah jadi, didapatkan dari Balai Pelatihan Pertanian Soropadan. Setelah itu dicampur bawang merah, bawang putih dan tauge yang diblender. Fungsinya sebagai pemicu pertumbuhan tanaman.
Pupuk organik ini disemprotkan ke tanah, setelah awal penanaman padi atau masa vegetatif usia tanaman antara 15 – 20 hari.
Menginjak masa generatif atau tanaman usia 30 – 40 hari, disemprot lagi dengan pupuk berbahan dasar sama, namun campurannya kali ini berupa empon-empon, seperti kunir, kunyit, daun kelor dan jamur keberuntungan abadi (Jakaba). Tujuannya, untuk memperkuat daya tahan tanaman dari serangan hama, sehingga tidak perlu lagi penyemprotan memakai pestisida kimia.
Menurutnya, pupuk organik yang difermentasi dalam blung ini, membutuhkan waktu pembuatan 10 hari.
Sejak awal tanam sampai panen, Kurdianto mengaku melakukan 3 kali penyemprotan. Ia bereksperimen sendiri, dengan menambah dosis pemupukan.
Langkah ini ia tempuh pada awalnya untuk memenuhi asupan pakan yang sehat bagi keluarganya sendiri, karena sang ibu dan isteri menderita diabetes.
“Rencana awal untuk keluarga, bukan untuk diperjualbelikan. Tapi ndak tahu nanti bagaimana, “ ungkapnya.
Kurdianto memastikan akan mengembangkan tanaman padi dengan pupuk organik lebih luas lagi.
“Coba akan saya tambah 3 petak lagi mas, “ imbuh Kurdianto.
Setelah ada contoh keberhasilan, sebenarnya cukup banyak petani lain yang bertanya dan ingin mencoba. Namun mereka masih khawatir gagal, terutama saat proses pembuatan.
Kisah menarik Kurdianto, membuat rombongan pegawai Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, tertarik datang ke lahan di Dusun Kedungwatu, Sumber, Hari Senin (31 Januari 2022).
Mereka juga melakukan penghitungan ubinan hasil produksi gabah dan ternyata hasilnya mencapai 11,4 ton per hektar. Dengan biaya pupuk organik per blung Rp 60 ribu, jauh lebih hemat, jika dibandingkan pupuk an organik.
Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto mengatakan secara ekonomi pemakaian pupuk organik, petani akan mendapatkan keuntungan 2 kali lipat.
“Ini luar biasa, tanaman sangat bagus dan bisa bersaing dengan pupuk an organik, “ terang Agus.
Ia membenarkan petani harus lebih sabar dalam penggunaan pupuk organik, karena unsur haranya tidak bisa dirasakan dalam waktu singkat. Namun secara efek jangka panjang, akan sangat bagus bagi kesuburan tanah.
Maka pihaknya mendorong gebrakan Kurdianto dapat menular ke petani-petani lain.
“Kami berharap nggak hanya 1 atau 2 petak sawah, tapi bisa berupa hamparan atau kawasan menggunakan pupuk organik, sehingga manfaat efisiensi bisa dinikmati oleh petani kita, “ tandasnya.
Saran itu langsung ditangkap oleh pihak Desa Kedungasem, Kecamatan Sumber. Mereka bahkan menyiapkan lahan bengkok garapan aparat desa, untuk dijadikan proyek percontohan pupuk organik dalam skala lebih besar. (Musyafa Musa).