Rembang – Sukardi, pagi itu sedang sibuk membersihkan pojok lahan bagian barat obyek wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang. Suara sapu lidinya terdengar sayup-sayup dari kejauhan.
Tak berselang lama, pria berusia 54 tahun, warga Desa Tasikagung, Rembang ini berjalan kaki masuk ke dalam kandang ternak. Sejurus kemudian langsung membersihkan kotoran di dalam kandang. Setelah itu, dengan telaten ia memberi makan dan minum hewan.
Yah..Sukardi sehari-hari bertugas merawat berbagai macam burung dan satwa langka yang menjadi koleksi Taman Kartini Rembang. Termasuk ketika pandemi Covid-19 melanda, mengakibatkan obyek wisata tutup cukup lama, Sukardi tetap setia melakukan perawatan rutin.
Ia mengungkapkan memberi makan tiap pagi dan sore. Oleh pihak pengelola dialokasikan biaya Rp 300 ribu untuk 10 hari.
“Pengelola sendiri istilahnya ya rugi, apalagi waktu obyek wisata tutup, kita harus tetap merawat hewan-hewan ini. Tapi mau bagaimana lagi, rata-rata yang di sini satwa langka, harus kita lindungi, “ tuturnya, Minggu (26/09).
Sukardi menjelaskan di Taman Kartini masih mempertahankan keberadaan burung elang, merak, beo, kura-kura dan kelinci. Makanan masing-masing berbeda, sehingga ia harus memastikan mereka tidak sampai kelaparan.
“Kalau burung elang makannya ikan, tiap hari belanja ke pasar beli ikan laut. Yang burung lainnya pakai pur, kelinci ada kangkung dan pur kelinci, kadang juga senang dengan buah ketapang, “ imbuh Sukardi.
Sedangkan koleksi hewan seperti buaya, kera dan ular, menurutnya sudah tidak ada lagi. Khusus buaya dipindahkan ke Banyumas, sementara untuk kera dan ular dipindah ke Jepara, diambil alih oleh sesama pengelola obyek wisata di sana.
Alasan utama, lahan di Taman Kartini terlalu sempit, sehingga kurang memungkinkan jika tetap dipertahankan.
“Kalau di Banyumas lahannya luas. Katanya buaya mau diternakkan lagi. Kalau di sini lahannya nggak mumpuni mas, “ terangnya.
Sukardi mengaku sudah 15 tahun merawat aneka satwa di Taman Kartini. Rutinitasnya, menjaga kebersihan, menyediakan pakan dan minum, serta menguras kolam ikan seminggu sekali.
“Ya nggak bisa ninggal-ninggal dalam waktu lama, soalnya merawat hewan seperti ini harus sabar, “ ujarnya.
Dirinya merasakan betul, betapa pandemi mengakibatkan obyek wisata lumpuh. Pengeluaran jalan terus, tetapi tidak ada pemasukan.
Ia bersyukur sekarang obyek wisata sudah mulai dibuka lagi, dengan standar protokol kesehatan secara ketat. Jumlah pengunjung relatif masih belum begitu banyak, sehingga tidak sampai memicu kerumunan.
“Orang yang masuk ke sini ya wajib pakai masker, patuh lah dengan arahan pemerintah. Semoga kondisi cepat pulih, corona hilang dan kembali normal seperti dulu lagi, “ pungkas Sukardi. (Musyafa Musa).