Sisi Lain Melatih Membatik Eks ODGJ, Hasilnya Keren Banget
Pihak panti dengan sabar mengarahkan penerima manfaat (eks pengidap gangguan jiwa) saat latihan membatik.
Pihak panti dengan sabar mengarahkan penerima manfaat (eks pengidap gangguan jiwa) saat latihan membatik.

Rembang – Membatik merupakan salah satu aktivitas yang menuntut kesabaran dan ketelitian. Ibaratnya bagi kebanyakan orang saja tergolong rumit. Tapi akan menjadi lebih menarik, manakala kain batik justru dihasilkan dari tangan-tangan eks pengidap gangguan jiwa.

Nah..begitulah salah satu kegiatan yang dijalani sejumlah penghuni Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental Pangrukti Mulyo, pinggir jalan raya Rembang – Blora, Desa Kedungrejo – Rembang, Jawa Tengah.

Di Panti ini menampung 125 eks orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Salah satunya Suwarti. Wanita asli Sragen ini, cukup lihai membatik.

Ia mengaku senang mendapatkan bekal ketrampilan tersebut, karena tak sekedar mengisi waktu luang, tetapi juga ilmu yang bermanfaat untuk diteruskan sampai kapanpun.

“Saya biasa dapat tugas menggambar pola, nggak ada kesulitan bagi saya, “ ungkapnya, Rabu (25/08).

Konsentrasi dan ketelitian Suwarti, sempat menarik perhatian Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang berkunjung ke Panti Pangrukti Mulyo, bulan Juli lalu. Bahkan Ganjar sempat membeli batik yang dihasilkan oleh penghuni panti.

Para pengasuh memiliki tantangan tersendiri dalam membimbing penghuni panti untuk berlatih membatik, karena banyak tahapan yang harus dilewati. Selain mempertajam pola, kain juga harus diwarnai. Pada sesi ini, biasanya dikerjakan bersama-sama. Pengasuh berulang kali mengarahkan dengan sabar.

Satu rombongan biasanya dipilih personil yang sudah memiliki kedekatan batin, sehingga selama proses pengerjaan akan lebih mudah bekerja sama dan tidak saling mengganggu.

Kepala Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental Pangrukti Mulyo, Rudi Agus mengakui kondisi kejiwaan warga panti penerima manfaat tidak bisa dipastikan akan selalu stabil.

Tapi kadang kala kambuh tidak mood, sehingga tahu-tahu sudah pergi meninggalkan lokasi latihan. Pengasuh berupaya menerapkan pendekatan khusus, supaya fokus mengerjakan tugas membatik.

“Memang harus sabar pak. Ketika normal, mudah diarahkan. Manakala mereka saat baru kambuh, mereka ndak mau. Kalau dipaksa sedikit, malah hasilnya nggak karu-karuan. Maka peran dari pengasuh penting sekali, agar penerima manfaat (penghuni panti-Red) mau menyelesaikan. Hasil kain batik kita jual saat ada pameran atau kunjungan dari pihak luar, “ tandasnya.

Selain memberikan latihan membatik, di Panti Pangrukti Mulyo juga membekali para penerima manfaat dengan ketrampilan membuat keset dan pot bunga. Pihak panti ingin ada bekal positif yang diperoleh, sebelum mereka kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan